Assalamu'alaikum wr. wb.
KPU yang sebagian anggotanya baru dilantik mengajukan angggaran untuk pemilu 2009 sebesar 47,9 trilyun. Ketua DPR terperangah. Wakil Presiden Yufuf Kalla langsung mengadakan sidang dan versi pemerintah muncul : anggaran pemilu bisa ditekan hingga hanya 10,4 trilyun.
Itulah editorial dan berita yang mengisi sebagian media akhir2 ini selain berita mengenai meninggalnya mantan presiden Soeharto. Luar biasa, selisih jika bisa dilakukan penghematan cukup besar.
Terlepas dari masalah politik, terlepas dari masalah alasan angka anggaran versi KPU yang tinggi adalah karena beberapa perubahan UU, dan terlepas dari masalah alasan angka anggaran versi pemerintah karena banyak penghematan yang bisa dilakukan, terlepas dari mental korupsi dan masalah bangsa yang katanya sudah multidimensi ... saya ingin melihatnya dari sisi pejabat negara yang juga entrepreneur.
Sebagai seorang entrepreneur, maka kita diwajibkan untuk menekan cost demi meningkatkan profit. Sederhana. Apapun dilakukan untuk menekan cost, termasuk efisiensi dan efektifitas terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis kita. Harga sewa tempat yang ditawar atau minimal dimudahkan pembayarannya, penghematan kendaraan sebagai transport untuk distribusi hingga mencari supplier termurah adalah strategi menekan cost. Karena demikianlah pemikiran seorang entrepreneur : tidak menghambur-hamburkan sumber yang ada. Baik waktu, uang, pemikiran dll. Walau menekan cost tentu bukan berarti menekan kualitas dan kinerja.
Dalam kasus anggaran pemilu versi pemerintah, pos penghematan yang dilirik adalah menggunakan kotak suara pemilu 2004, membuat kertas suara yang lebih murah, lebih kecil (katanya kertas suara kita lebih besar dan lebih mahal dibandingkan negara seperti Australia, Denmark dan Thailand), meningkatkan jumlah pemilih per TPS dari semula 300-an menjadi 1000 dll.
Begitulah jika pemerintah berpikir secara entrepreneur. Sehingga harapannya kita tidak melihat lagi birokrasi yang panjaaaang untuk melakukan suatu urusan, sehingga investor hanya butuh 10 hari untuk perijinan bukan 150 hari (negara kita paling tinggi se-Asia), sehingga tenaga kerja pemerintahan menjadi lebih efisien, sehingga sumber daya alam bisa dikelola sendiri bukan dioperatori oleh asing dll.
Mengikuti istilah turunan dari entreprenuer dengan technopreneuer untuk pebisnis bidang teknologi (IT), ecopreneuer untuk pebisnis berbasis lingkungan, mompreneuer untuk pebisnis ibu2, selepreneuer untuk pebisnis artis dan orang ternama, maka semoga ada gov-preneur. Artinya apa ya ? Ya, pemerintah yang berpikir secara pengusaha, dalam sisi meningkatkan efisiensi dan efektifitas itu tadi. Menekan cost, menaikkan profit ... dengan cara2 yang sesuai hati nurani tentunya.
Yang melandasi adalah bahwa jiwa entrepeneur harus ditumbuhkan dimana saja. Bahkan ada istilah intrapreneuer, yaitu jiwa entrepreneur bagi karyawan dan pegawai. Banyak perusahaan yang memberikan pelatihan seperti dari Greenleaf, mendatangkan Tung Desem Waringin, Billi PS Lim ... semua untuk menumbuhkan intrapreneuership dalam diri seorang karyawan. Tujuannya agar menjadi lebih efektif dan efisien, berjiwa pantang menyerah dan putus asa, berani gagal dan mengambil resiko, kreatifitas tinggi, menyadari pentingnya networking, menjaga kepercayaan dll.
Mari kita tumbuhkan jiwa entreprenuer, apapun status kita.
Dalam lingkup lebih kecil, saya sudah mempraktikkannya sebagai bendahara RT yang berusaha menyusun anggaran dengan jelas, menekan cost dan menaikkan profit hehe.
Wassalam.
-Eko June-