Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Asumsi itu sangat berbahaya, jika digunakan tidak pada tempatnya, kayak narkotika. Asumsi itu dikatakan oleh Adam Khoo sang motivator belajar bagi pelajar khususnya dan para pembelajar pada umumnya bagaikan sebuah meja dengan 4 kakinya. Tadinya meja itu tidak punya kaki, namun dengan asumsi2 yang dibuat atau disematkan, baik sengaja maupun tidak, maka bertambahlah satu demi satu kakinya. Hingga ia menjadi semakin kokoh dan tak tergoyahkan dan seperti melekat. Ia mencontohkan kisah nyata hidupnya. Ia yang sejak remaja selalu rangking 2, dari belakang. Bahkan ketika menginjak masa SMP telah berganti 6 sekolah, pernah ditolak, karena saking bodohnya. Orang tuanya pun akhirnya sudah menyerah. Sebuah asumsi sudah dimilikinya sejak usia dini. Ketika hasil raport di sekolah dasarnya jelek, ia dikatakan bodoh oleh gurunya. Sebuah asumsi awal mulai muncul dikepalanya 'ah saya memang bodoh'. Kemudian 'kaki-kaki meja' semakin bertambah baik dari saudaranya, tetangganya bahkan orangtuanya dan akhirnya ia sendiri semakin mengokohkan dirinya sebagai 'anak bodoh'. Singkat cerita pada akhirnya orang tuanya mempertemukannya dengan seseorang yang pada akhirnya menjadi guru dan mentor hidupnya karena telah berhasil merubah hidupnya 180 derajat. Dengan teknik dan strategi yang diterapkan, ia mulai berubah menjadi anak yang suka belajar dan akhirnya selalu menjadi juara kelas. Bahkan selalu masuk sekolah favorit di negaranya dan kini menjelma menjadi inspirator dengan bayaran termahal disana. Asumsi memiliki pupuk yaitu pengalaman masa lalu dimana kadang ketika kita memiliki suatu pengalaman maka kita akan mengganggap gejala2 atau kejadian yang dimiliki saat ini adalah dalam bentuk yang sama. Contoh : ketika kita gagal dalam usaha maka kita menyatakan bahwa usaha itu memang susah dan ketika ada yang mengajak usaha maka muncul asumsi bahwa usaha itu sulit loh. Atau ketika kita ditipu, ketika memiliki karyawan nakal, ketika bersinergi bisnis tapi pecah dsb. Padahal belum tentu usaha atau karyawan yang kelak atau kini kita miliki mempunyai gejala atau sifat yang sama. Pupuk lainnya adalah pandangan umum. Ketika melihat seseorang rambutnya gondrong, bajunya lusuh maka hampir otomatis kita akan mengecapnya sebagai sesuatu yang negatif. 'Look the book from its cover' masih ada dalam setiap kita. Padahal belum tentu seperti itu kenyataannya. Dan benar2 menjadi berbahaya terutama dalam usaha ketika seperti kita pernah mendengar datangnya sepasang suami-istri dengan pakaian sederhana ke sebuah showroom mobil dan dilayani dengan seadanya oleh sales disana. Ketika pindah ke showroom lain mereka langsung membeli sebuah mobil, cash and carry. Ternyata mereka adalah petani kaya dari kampung yang ingin memberikan hadiah pada anaknya. Saya pribadi selalu berupaya menghindari memakai asumsi yang negatif walau harus diakui tidak bisa terlepas sama sekali apalagi ketika kita harus waspada. Bukan berarti sesuatu yang mudah. Hal2 kecil seperti ketika malam hari ingin mencari suatu barang, katakan tinta printer, maka ketika muncul asumsi dalam kepala 'ah paling toko itu tidak menjual' atau 'ah paling sudah tutup, udah jam segini' maka saya akan tepis hal itu dan tetap jalan. Walau secara logika bisa jadi asumsi itu benar adanya. Namun beberapa kali ternyata asumsi itu juga bisa salah dan akhirnya keputusan menepisnya 'menyelamatkan' saya. Atau asumsi2 di kepala ketika dulu mau berkenalan atau silahturahim dengan orang lain, kadang muncul 'ah mau gak ya dia kenal saya' atau 'usahanya sudah sebesar itu, minder' maka saya upayakan menepisnya dan menggantinya dengan 'emang salah apa kalau mau kenalan, gak mungkin gara2 mau kenalan sampe digigit' hehe. Pak Sujana contohnya, walau usahanya sudah sedemikian maju dengan omzet luar biasa, ternyata orang nya low profile, suka berbagi. Bahasa Garut nya 'humble'. Ketika bertemu atau tau seseorang yang kesannya selalu negatif di sebuah milis maka saya malah akan berupaya mendatanginya. Saya yakin apa yang ditulisnya bisa jadi berbeda dengan karakter aslinya, dan ini sudah berulang kali terjadi. Dunia maya dan dunia nyata terkadang berbeda. Lalu apa bedanya dengan intuisi, insting dan persepsi ?. Wah klo begini harus nyeduh kopi dulu biar enak nulisnya, yang jelas kopinya On The Spot Coffee hahaha *iklan mode on. Wassalam. -Eko June- |