Assalamu'alaikum wr. wb.
Jepang adalah negara dengan konsumsi ikan paling besar. Pada suatu saat nelayan2 disana tidak mendapatkan ikan di lautan dangkal karena sudah mulai menipis. Terpaksa mereka melaut lebih jauh ke lautan dalam agar mendapat ikan lebih banyak.
Sayangnya begitu kembali tiba dipantai, ikan2 yang berhasil ditangkap pasti sudah mati. Busuk lagi.
Akhirnya mereka mencari solusi agar ikan2 yang telah ditangkap tetap segar. Dibawalah es yang banyak di kapal sehingga saat kembali ikan2 yang ditaruh dalam es tidak busuk. Namun ikan ini ditolak oleh para pembeli karena walau tidak busuk tapi juga tidak segar. Ini mah ikan beku.
Lalu dicari solusi lain agar ikan2 tetap hidup ketika sampai di pantai. Dibuatlah tong2 besar yang ketika di laut dalam diisi dengan ikan2 tangkapan. Tong2 tersebut lalu ditarik dengan posisi tetap berada di air.
Ikan2 hasil tangkapan yang dibawa dengan tong masih hidup. Tapi lemas. :)
Dasar orang Jepang, masih gak puas juga karena orang sana benar2 mendambakan makan ikan yang super segar dengan menjaga kelincahan si ikan. Mungkin pengaruh ke rasanya kali ya. Maka dilakukanlah solusi lain. Yaitu memasukkan seekor ikan hiu kecil kedalam tong2 tersebut.
Ikan2 hasil tangkapan sampai dipantai dengan segar dan kuat. Tetap ada yang mati tapi sangat sedikit dan pastinya tujuan tercapai : mendapat ikan super segar.
Sang hiu kecil imut itu adalah masalah.
Kata mbah Sumarto, kita harus akrab dengan masalah, karena itu akan membuat kita lebih kuat dan bertahan. Masalah juga salah satu jenis dari sesuatu yang bisa memotivasi kita. Masalah juga bisa diartikan sebagai ujian. Kita sadar kenyataan bahwa emas yang indah berawal dari gumpalan batu yang dipukul, dibelah, dipanaskan, ditempa. Lalu santan putih bersih yang berasal dari kelapa yang dijatuhkan, dijambak, dibelah, diparut, diremas. Itu ujian, itu masalah. Dan ujung dari tiap ujian biasanya adalah kenaikan kelas atau menjadi sesuatu yang berharga.
Masalah menguatkan kita, masalah adalah pembelajaran :).
Bukan berarti mencari-cari masalah yang negatif atau dituduh mendahului nasib jika ada yang bilang agar sukses harus ’menciptakan masalah’, agar ada sense of urgency katanya, agar hadir ’faktor kepepet’ bilangnya, agar tercipta ’titik kritis’ ujarnya. Seperti seandainya kita kena PHK. Atau seandainya perusahaan bangkrut. Andaikata ada saingan berat dll. Dan biasanya ini manjur untuk memotivasi orang agar sukses dan berkembang.
Untuk itulah kita dibekali akal untuk selalu mencari solusi dalam setiap permasalahan yang dihadapi ... dan hati tentunya.
Dalam berdoa kita meminta 'jauhkanlah hamba dari cobaan-Mu'. Seharusnya 'kuatkanlah hamba dalam menghadapi cobaan-Mu'. Karena kita tau Allah SWT pasti akan selalu memberi kita cobaan/ujian/masalah. Karena justru itulah wujud rasa sayang-Nya terhadap umat. Semua orang beriman mengalaminya. Agar lebih kuat, lebih strugle, lebih tabah, lebih sabar ... lebih tawakal.
So, bagi kita yang berbisnis doanya bukan 'jauhkanlah aku dari para pesaing' tapi 'kuatkan dan berikan jalan agar aku bisa bersaing'. Ya karena kita gak bisa menghilangkan persaingan, hal itu udah built-in dalam kehidupan :). Gak bisa disebut sebagai pemenang lomba jika pesertanya hanya satu.
Kalaupun ada untaian kalimatullah 'jauhkan aku dari godaan syetan yang terkutuk' bukan berarti Allah SWT akan langsung memerintahkan syetan agar jauh2 dari kita tapi diingatkan bahwa alat untuk menjauhkan tersebut sudah diberikan, tamengnya udah ada, tinggal digunakan.
Hhh, lagi ada masalah nih. Alhamdulillah. :) Laa hawla quwwata ilabillah.
Sekedar sharing. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.
Wassalam.
-Eko June-
NB : Sungguh beda. Sementara mbak Doris menutup tokonya selama Ramadhan pukul 17.15 untuk memberi kesempatan pegawainya berbuka di rumah dan beribadah Tarawih, pegawai toko tetangga yang sebelumnya membeli mukena baru di toko kami dilarang ownernya untuk Tarawih dengan alasan kalau malam lebih rame. :(