Assalamu'alaikum wr. wb.
Lagi, oleh2 dari seminar Financial Revolution pak Tung Desem Waringin.
Coba anda isi angka dengan skala 1 - 10 untuk pertanyaan dibawah ini.
1 adalah Sangat Tidak Setuju, 10 adalah Sangat Setuju.
... Lebih baik miskin bahagia, daripada kaya tidak bahagia
... Lebih baik miskin panjang umur, daripada kaya mati muda
... Lebih baik miskin dicintai banyak orang, daripada kaya dibenci banyak orang
... Lebih baik miskin tapi sehat, daripada kaya tapi sakit-sakitan
... Lebih baik miskin ber-Tuhan, daripada kaya tidak ber-Tuhan
... Lebih baik miskin jujur, daripada kaya korupsi
... Lebih baik miskin keluarga harmonis, daripada kaya keluarga bercerai-berai
... Lebih baik miskin punya martabat, daripada kaya tidak punya harga diri
Saya yakin untuk pertanyaan2 diatas, kebanyakan nilai anda adalah diatas 5 atau cenderung Sangat Setuju. Saya juga begitu :).
Namun ternyata pak Tung menjelaskan, bahwa jika kita berpikiran seperti itu maka kita masih memiliki mindset orang miskin alias belum memiliki mindset orang kaya. Maksudnya apa ?
Orang kaya memiliki pemikiran "Dua-duanya" alias DAN, sedangkan
Orang miskin memiliki pemikiran "Salah satu" alias ATAU
Maksudnya, apakah orang miskin banyak juga yang tidak bahagia, mati muda, dibenci banyak orang, sakit-sakitan, tidak ber-Tuhan, korupsi, keluarga tidak harmonis (selingkuh), tidak punya harga diri ?
Nah, jika tidak peduli apakah dia orang kaya atau orang miskin, bisa mengalami semua hal diatas maka lebih baik pilih menjadi orang kaya !. Karena orang kaya berpikiran DAN maka : Lebih baik orang kaya yang ber-Tuhan, yang panjang umur, yang bahagia, yang dicintai banyak orang, yang sehat, yang jujur, yang keluarganya harmonis dll. Tidak ada ATAU dalam mindset orang kaya. Orang kaya memilih kedua-duanya yang positif, tidak salah satunya.
Kemudian masih sehubungan dengan hal diatas, mindsett orang kaya adalah BERDAYA UPAYA (resourcefulnes) sedangkan orang miskin cenderung PENUH ALASAN.
Contoh, orang yang bermindset orang miskin ketika melihat mobil Fortuner atau Terrano akan berpikir 'Ah, klo punya mobil seperti itu boros bensin dan pajak mobilnya gede'. Padahal jika dia berdaya upaya lalu menjadi kaya, maka orang kaya tidak akan pernah perlu memikirkan urusan bensin dan pajak mobil !.
Atau ketika ada seorang cewek cantik seksi turun dari mobil mewah dengan pakaian yang glamor, maka orang yang bermind-set orang miskin akan berkomentar 'Ah, jika saya punya istri seperti dia, pasti saya akan diinjak dan tidak dihargai sebagai seorang suami'. Padahal mungkin saja dia seorang cewek cantik super kaya yang rendah hati dan mencari suami yang menyanyanginya tidak peduli apa statusnya.
Kata pak Tung, kebanyakan kita cenderung 'menurunkan' kualitas keinginan kita agar sesuai dengan kemampuan yang kita anggap cukup, padahal sebenarnya kita sedang mencari-cari alasan ketidaksanggupan atau tepatnya ketidakmauan kita untuk berdaya upaya atau berjuang untuk mendapatkannya. Padahal jika kita menilik petuah nenek moyang bahwa kita harus menggantungkan cita2 setinggi langit maka tidak seharusnya kita menurunkan target keinginan kita hanya sebatas atap rumah.
Bila anda meyakini bahwa Tuhan adalah Yang Maha Menyayangi, Maha Kaya dan Maha Memberi, mengapakah anda hanya meminta yang kecil2 ?
Semoga bermanfaat oleh2 ini dan mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.
Wassalam.
-Eko June-
Lagi, oleh2 dari seminar Financial Revolution pak Tung Desem Waringin.
Coba anda isi angka dengan skala 1 - 10 untuk pertanyaan dibawah ini.
1 adalah Sangat Tidak Setuju, 10 adalah Sangat Setuju.
... Lebih baik miskin bahagia, daripada kaya tidak bahagia
... Lebih baik miskin panjang umur, daripada kaya mati muda
... Lebih baik miskin dicintai banyak orang, daripada kaya dibenci banyak orang
... Lebih baik miskin tapi sehat, daripada kaya tapi sakit-sakitan
... Lebih baik miskin ber-Tuhan, daripada kaya tidak ber-Tuhan
... Lebih baik miskin jujur, daripada kaya korupsi
... Lebih baik miskin keluarga harmonis, daripada kaya keluarga bercerai-berai
... Lebih baik miskin punya martabat, daripada kaya tidak punya harga diri
Saya yakin untuk pertanyaan2 diatas, kebanyakan nilai anda adalah diatas 5 atau cenderung Sangat Setuju. Saya juga begitu :).
Namun ternyata pak Tung menjelaskan, bahwa jika kita berpikiran seperti itu maka kita masih memiliki mindset orang miskin alias belum memiliki mindset orang kaya. Maksudnya apa ?
Orang kaya memiliki pemikiran "Dua-duanya" alias DAN, sedangkan
Orang miskin memiliki pemikiran "Salah satu" alias ATAU
Maksudnya, apakah orang miskin banyak juga yang tidak bahagia, mati muda, dibenci banyak orang, sakit-sakitan, tidak ber-Tuhan, korupsi, keluarga tidak harmonis (selingkuh), tidak punya harga diri ?
Nah, jika tidak peduli apakah dia orang kaya atau orang miskin, bisa mengalami semua hal diatas maka lebih baik pilih menjadi orang kaya !. Karena orang kaya berpikiran DAN maka : Lebih baik orang kaya yang ber-Tuhan, yang panjang umur, yang bahagia, yang dicintai banyak orang, yang sehat, yang jujur, yang keluarganya harmonis dll. Tidak ada ATAU dalam mindset orang kaya. Orang kaya memilih kedua-duanya yang positif, tidak salah satunya.
Kemudian masih sehubungan dengan hal diatas, mindsett orang kaya adalah BERDAYA UPAYA (resourcefulnes) sedangkan orang miskin cenderung PENUH ALASAN.
Contoh, orang yang bermindset orang miskin ketika melihat mobil Fortuner atau Terrano akan berpikir 'Ah, klo punya mobil seperti itu boros bensin dan pajak mobilnya gede'. Padahal jika dia berdaya upaya lalu menjadi kaya, maka orang kaya tidak akan pernah perlu memikirkan urusan bensin dan pajak mobil !.
Atau ketika ada seorang cewek cantik seksi turun dari mobil mewah dengan pakaian yang glamor, maka orang yang bermind-set orang miskin akan berkomentar 'Ah, jika saya punya istri seperti dia, pasti saya akan diinjak dan tidak dihargai sebagai seorang suami'. Padahal mungkin saja dia seorang cewek cantik super kaya yang rendah hati dan mencari suami yang menyanyanginya tidak peduli apa statusnya.
Kata pak Tung, kebanyakan kita cenderung 'menurunkan' kualitas keinginan kita agar sesuai dengan kemampuan yang kita anggap cukup, padahal sebenarnya kita sedang mencari-cari alasan ketidaksanggupan atau tepatnya ketidakmauan kita untuk berdaya upaya atau berjuang untuk mendapatkannya. Padahal jika kita menilik petuah nenek moyang bahwa kita harus menggantungkan cita2 setinggi langit maka tidak seharusnya kita menurunkan target keinginan kita hanya sebatas atap rumah.
Bila anda meyakini bahwa Tuhan adalah Yang Maha Menyayangi, Maha Kaya dan Maha Memberi, mengapakah anda hanya meminta yang kecil2 ?
Semoga bermanfaat oleh2 ini dan mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.
Wassalam.
-Eko June-