Kepercayaan


Assalamu'alaikum wr. wb.

'Percayakah kamu bahwa saya akan bisa membahagiakanmu ?'

Itu adalah kata-kata 'tembakan' saya kepada seorang wanita yang akhirnya menjadi pendamping hidup saya saat ini :). Ini bukan tentang romantisme, bukan OOT, namun sedikit penjabaran tentang Beliefs, salah satu hal dalam kurikulum TDA (maksa, hehe).

Tidak ada 3 kata ajaib 'I Love You' atau 'Aku Cinta Padamu' saat itu. Justru setelah menikahlah semburan dan boros kata cinta tercurah :). Saya juga tidak menanyakan 'apakah ia mencintai saya' namun 'apakah ia mempercayai saya'.

Ini adalah pendapat pribadi, silahkan jika tidak setuju :).

Menurut saya segala sesuatu itu bersumber dari 'kepercayaan'. Dalam konteks mengenai cinta, ketika kita memberikan segala upaya sehingga dia mempercayai kita, maka kita akan dengan mudah mendapatkan cintanya. Mengenai legalitas caranya, tidak akan dibahas disini hehe.

'Loh, kan faktor kebahagiaan dalam pernikahan adalah kesetiaan, mas', kata adik perempuan saya yang baru kemarin dilamar pada saat suatu sesi curhat kepada kakak kandungnya ini.

Kesetiaan akan dengan mudah muncul, dipelihara dan ditingkatkan ketika kita percaya pada pasangan kita, dan sebaliknya. Percaya bahwa masing-masing tidak akan macem-macem :).

'Bagaimana dengan keterbukaan dan kejujuran ?, itu juga faktor kan ?'

Kita bisa terbuka dengan pasangan dan saling menjaga kejujuran karena kita percaya padanya dan juga berupaya menjaga kepercayaan yang diberikannya kepada kita. Begitu jawab saya terhadap rentetan pertanyaan adinda walau minim ilmu psikologi apalagi self-development :).

Abu Bakar As-Shidiq ra adalah seorang sahabat Nabi yang terkenal akan sikap 'percaya'-nya. Ia adalah orang pertama yang masuk Islam diluar lingkar keluarga Nabi, selain Khadijah ra (wanita pertama pemeluk Islam) dan Ali bin Abi Thalib (orang termuda pemeluk Islam).

Itulah mengapa gelar As-Shidiq diberikan pada Abu Bakar ra yang bernama asli Abdullah bin Abu Qahafah at-Taimi ini. Karena ia selalu berkata benar dan selalu mengatakan 'Ia benar' ketika Nabi berbicara mengenai ajarannya.

Isra Mi'raj adalah peristiwa yang menegaskan begitu percayanya Abu Bakar ra kepada Rasulullah SAW. Ketika semua orang mendustakan peristiwa itu, mengatakan bahwa itu sesuatu yang tak mungkin dan sebagian yang sudah beriman mulai luntur keimanannya, mereka berkata kepada Abu Bakar ra ”Apakah kamu tahu sahabatmu mengatakan bahwa Ia di Isra’kan semalam menuju Masjidul Aqsha?” Abu Bakar ra berkata,”Benarkah ia mengatakan demikian?”. Mereka menjawab,”Ya”. ”Jika Ia berkata demikian maka ia benar” jawabnya.

Mereka berkata,”Apakah anda percaya padanya bahwa ia pergi ke Masjidul Aqsha hanya semalam dan kembali sebelum subuh?”. ”Ya, bahkan aku akan percaya pada yang lebih dari itu. Aku membenarkannya perihal kabar dari langit baik pagi ataupun sore ".

Subhanallah. Tidak ada yang bisa manandingi rasa dan sikap kepercayaan seorang Abu Bakar ra kepada Rasulullah SAW.

Ah, itu kan jaman dulu dan berbicara dalam konteks agama yang secara wajib memang kita harus mempercayainya. Bagaimana dengan kehidupan saat ini ?, bagaimana hubungannya dengan bisnis ?.

Dalam suatu pengajian saya pernah mendapatkan tausyiah bahwasanya umat saat ini adalah umat Nabi Muhammad SAW yang paling tangguh tingkat kepercayaannya. Karena dengan rentang waktu yang sedemikian jauh dengan kehidupan Rasulullah SAW, tanpa melihat wujudnya, tanpa hidup bersamanya, kita masih mempercayai risalah yang dibawa olehnya.

Berbeda dengan para sahabat yang masih bersamanya ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Segala problematika kehidupan akan langsung terjawab, ada tempat curhat dan berbagi keluh kesah, ada pembimbing dalam kegelapan, ada panutan.

Tingkat kepercayaan kita dituntut harus lebih tinggi. Mutlak harus lebih dalam, tebal dan kuat. Bersandar pada Kitabullah dan hadis, kita hidup dan mengikuti ajarannya. Bayangkan, kita mempercayai sesuatu yang tidak pernah kita lihat, tidak bersamanya, tidak bisa menyentuhnya.

Betapa tinggi tingkat kepercayaan kita sebagai mahluk beragama dan begitu dekat dengan kesuksesan. Dan betapa rendah tingkat kepercayaan pemeluk atheisme dan begitu jauh dari kesuksesan dunia-akhirat :).

Begitu juga dalam bisnis. Seorang rekan bilang "Sebagai pebisnis hebat, pasti sudah tahu rahasianya, bahwa bisnis dan kemitraan itu dibangun dari kepercayaan ". Bisnis tidak bisa dipisahkan dari kepercayaan. Dalam jaringan bisnis yang kuat, sebagai contoh rekan kita etnis Tionghoa, menjaga kepercayaan adalah kewajiban tertinggi, melanggarnya akan dikenakan sangsi 'black list' dan sulit membangun kepercayaan kembali.

Lalu bagaimana jika jika terjadi salah memilih dan memutuskan kepercayaan ?

What is the secret of success ?
"RIGHT DECISIONS"

How do you make right decision ?
"EXPERIENCE"

How do you get experience ?
"WRONG DECISIONS"

So, kepercayaan kan tetap butuh invetigasi, interogasi, survey, pengawasan, kan gak boleh 'taqlid buta' ?. Harus. Itu adalah proses nanti yang bisa dilakukan namun toh tetap pada awalnya 'kita percaya' terlebih dahulu.

Ketika dalam bisnis memberikan fasilitas dan kemudahan kepada pelanggan, contoh memberikan garansi uang kembali, muncul pemikiran 'apa gak takut rugi dan disalahgunakan ?'.

Apakah kita sudah hitung berapa yang rugi dan benar-benar menyalahgunakan ?. Kata Brad Sugar jika ada pelanggan yang menyalahgunakan 5 Ways To Increase Your Profit, rata-rata hanya 1% dan maksimal hanya 5%, selebihnya benar-benar menjadi keuntungan kita (profit).

Wassalam.

- Eko June -

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post