Assalamu'alaikum wr. wb.
Karena banyak kejadian akhir2 ini termasuk pengalaman ketika saya pernah ditipu orang maka saya membaca kembali buku Quantum Ikhlas-nya pak Erbe Sentanu yang sempat dibedah bersama komunitas TDA beberapa waktu yang lalu, menghadirkan penulisnya langsung.
Ternyata untuk ikhlas itu memang sulit ya.
Jujur, sangat sulit.
Dalam bukunya, pak Erbe menyatakan bahwa saat ini kita perlu lebih mengembangkan Positif Feeling selain Positif Thinking. Karena selain terkadang menjadi awal dan sumber munculnya positif thinking, disana juga lebih melibatkan Allah SWT.
Menggunakan hati atau perasaan lebih powerful karena dengan keikhlasan dalam hati artinya, setelah berupaya, maka kita menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah SWT semata. Namun menyakitinya juga akan lebih dalam ketimbang fisik. Luka memar akan mudah disembuhkan namun luka di hati jauh lebih sulit. Lebih baik sakit gigi daipada sakit hati katanya :).
Seperti diriwayatkan oleh Imam Ja'far dalam kitab Al Bihar : "Apabila seorang hamba berkata, 'Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah SWT' maka Allah SWT menjawab,'Hai para malaikat-Ku, hamba-Ku telah berpasrah diri, maka bantulah dia, tolonglah dia, dan sampaikan (penuhi) hajatnya. "
Ketika disakiti orang dan jika kemudian orang tersebut meminta maaf maka mulut kita mungkin bisa berkata 'Ya, saya memaafkanmu bahkan seharusnya saya yang meminta maaf' namun hati kita masih tersimpan ingatan perlakuan atau perbuatannya yang menyakiti kita. Ikhlas kita hanya dari pikiran dan baru sampai di bibir namun belum mencapai dan dari hati.
Saya sendiri masih sangat sulit menghadirkan keikhlasan yang mencapai hati ketimbang di mulut dan pikiran. Berbagai alasan bisa muncul untuk dicari. Sewaktu saya dituduh apa yang saya katakan tidak sesuai dengan perbuatan, saya marah, merasa dilecehkan, merasa bahwa apa yang saya sampaikan juga sudah pernah saya buat walau mungkin masih awal, minimal saya setuju dengan pemikiran tersebut dan akan berusaha menjalankannya, Insya Allah. Segala alasan dan argumen kebenaran saya tumpahkan.
Kepada orang tersebut akan keluar semburan dari pikiran saya kedalam bentuk tulisan dan omongan : 'jangan berprasangka buruk ! itu su'udzon namanya dan bisa mengakibatkan fitnah !'. Lalu jikapun saya berusaha untuk ikhlas dengan tidak menghiraukan perkataan orang itu maka muncul alasan lain untuk membalasnya 'ini tidak bisa dibiarkan, harus diingatkan, bagaimana jika ia menyakiti orang lain lagi ?'.
Ketika saya pernah ditipu kemarin, maka seharusnya saya mengikhlaskan setelah berupaya mengembalikan apa yang menjadi hak saya, menganggapnya sebagai ujian dari-Nya, mencoba intropeksi apakah ada yang kurang dalam diri saya, kurang sedekahkah ?, malah mungkin mendoakan orang tersebut agar tidak melakukannya lagi kepada orang lain, agar diberi hidayah, mengharap dengan keikhlasan ini akan diganti oleh Allah SWT dengan yang lebih baik lagi.
Eh muncul pikiran 'tidak bisa !, uang itu adalah hak saya !, dia harus diberi pelajaran agar tidak mengulanginya lagi !, enak saja !'. Niat hati mau ikhlas jadi menguap lagi, yah saya masih manusia biasa ternyata :).
Ah memang ikhlas itu sulit. Bener !
Ya Allah berikanlah selalu hidayah dan ridho-Mu agar aku bisa menjadi hamba-Mu yang selalu ikhlas. Amin.
Wassalam.
- Eko June -