Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.
Bisa karena biasa.
Itu yang sejak masih SD saya torehkan di buku diary temen klo kita pisahan di item : motto. Sejak kecil saya percaya bahwa bakat bukan faktor kesuksesan. Karena apa ? karena waktu kecil itu saya yang dikatakan orang2 berbakat berprestasi, akhirnya kalah oleh adik kandung yang jauh lebih rajin belajar, karena saya emang agak pemalas waktu itu.
Dan akhirnya sekarang dibuktikan oleh para pakar bahwa bakat hanya menyumbang 1% dari kesuksesan, sedangkan selebihnya adalah action dan doa :).
Bisa karena biasa adalah sebuah moto yang sederhana. Temennya adalah 'Practice makes Perfect' atau 'Tindakan akan Membentuk Kebiasaan lalu Kebiasaan akan Membentuk Karakter'.
Sudah banyak bukti bahwa bakat tidak sepenuhnya membuat kita sukses dalam suatu bidang, kalau tidak ingin disebut 'sangat tidak berpengaruh'. Apalagi bila dikaitkan dengan keturunan.
Banyak yang dari keturunan pengusaha tapi tidak memiliki kesuksesan yang sama, padahal dianggap mendapatkan warisan bakat dari orang tuanya. Atau sebaliknya yang orang tua-nya katakan adalah PNS tapi ternyata sangat sukses di jalur pengusaha. Jadi tidak ada namanya bakat menjadi pengusaha.
Tulisan bagus mengenai hal ini ada di artikel tentang Genetika Pengusaha dari pak Fauzi Racmanto, silahkan baca disini : http://fauzirachmanto.com/?p=68
Pun, maaf, ada anak yang dari petinggi agama tapi belum pasti juga anaknya memiliki profesi atau bahkan ketaatan terhadap agama, yang sama dengan orangtuanya. Atau anak seorang profesor yang tidak memiliki prestasi di sekolah dll.
Jadi, jika ada keluarga yang semuanya adalah dokter, itu bukan berarti karena anaknya mendapatkan warisan bakat menjadi seorang dokter dari orang tuanya. Namun karena ada situasi dan kondisi yang membuat keluarga tersebut bisa berprofesi sebagai seorang dokter. Seperti buku2 yang dimiliki ayahnya adalah buku kedokteran atau lingkungan pertemanan orangtuanya dll.
Itulah sebabnya, klo kita ingin memiliki keturunan yang sama dengan kita atau malah klo bisa lebih baik maka ciptakan kebiasaan2 atau lingkungan yang mendukung. Seperti ingin anak yang soleh atau solehah atau ingin anak yang kelak jadi pengusaha dll.
Saking pentingnya kebiasaan sampe ada buku yang berkenaan dengan itu seperti 7 Habits bahkan 8 Efective Habits. Karena memang kebiasaan pada akhirnya akan membentuk sebuah karakter individu.
Dari suatu sumber dinyatakan bahwa makna kebiasaan berasal dari kata biasa, yang mengandung arti pengulangan atau sering melakukan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Parea (1987), bahwa kebiasaan itu terjadi melalui pengulangan.
Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka jika suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang secara berulang-ulang dalam hal yang sama, akan menjadi suatu kebiasaan.
Kebiasaan juga bisa terjadi tanpa disertai kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu. Seperti bagi orang tertentu secara sadar tau bahwa konsumsi berlebihan terhadap suatu makanan akan menimbulkan penyakit tapi tanpa sadar tetap melakukannya.
Oleh sebab itu kadang penting bagi kita untuk melakukan suatu kebiaasan yang baik cecara sadar atau dipaksa pada awalnya agar tanpa sadar kita telah menjadikannya kebiasaan. Contoh seperti melakukan sholat tepat waktu.
Menurut saya juga, kebiasaan tetap butuh passion plus action. Saya pernah membuktikan mencoba ingin punya keahlian menggambar sewaktu kecil, dengan memulai membeli alat gambar dan mewarnai lalu membiasakan diri orat oret dimanapun, minta diajak ke pameran lukisan dll. Alhamdulillah berhasil, dengan bukti memenangkan beberapa kejuaraan menggambar, tingkat SD loh ya :).
Tapi itu gak berhasil ketika di usia remaja saya ingin mahir maen gitar. Karena saya gak action beli gitar, gak bergaul dengan yang bisa maen gitar, cuma beli bukunya aja dan gak rajin latihan, cuma di awal2 aja. Jadinya gak bisa maen gitar deh sampe sekarang. Atau memang karena niatnya yang waktu itu cuma agar bisa merayu seorang wanita hehe.
Jadi, mari kita kembangkan kebiasaan2 baik dalam hidup kita dan mempercayai bahwa kesuksesan akan diraih melalui kebiasaan2 tersebut, bukan sekedar hanya merasa berdasarkan bakat.
Wassalam.
-Eko June-
Bisa karena biasa.
Itu yang sejak masih SD saya torehkan di buku diary temen klo kita pisahan di item : motto. Sejak kecil saya percaya bahwa bakat bukan faktor kesuksesan. Karena apa ? karena waktu kecil itu saya yang dikatakan orang2 berbakat berprestasi, akhirnya kalah oleh adik kandung yang jauh lebih rajin belajar, karena saya emang agak pemalas waktu itu.
Dan akhirnya sekarang dibuktikan oleh para pakar bahwa bakat hanya menyumbang 1% dari kesuksesan, sedangkan selebihnya adalah action dan doa :).
Bisa karena biasa adalah sebuah moto yang sederhana. Temennya adalah 'Practice makes Perfect' atau 'Tindakan akan Membentuk Kebiasaan lalu Kebiasaan akan Membentuk Karakter'.
Sudah banyak bukti bahwa bakat tidak sepenuhnya membuat kita sukses dalam suatu bidang, kalau tidak ingin disebut 'sangat tidak berpengaruh'. Apalagi bila dikaitkan dengan keturunan.
Banyak yang dari keturunan pengusaha tapi tidak memiliki kesuksesan yang sama, padahal dianggap mendapatkan warisan bakat dari orang tuanya. Atau sebaliknya yang orang tua-nya katakan adalah PNS tapi ternyata sangat sukses di jalur pengusaha. Jadi tidak ada namanya bakat menjadi pengusaha.
Tulisan bagus mengenai hal ini ada di artikel tentang Genetika Pengusaha dari pak Fauzi Racmanto, silahkan baca disini : http://fauzirachmanto.com/?p=68
Pun, maaf, ada anak yang dari petinggi agama tapi belum pasti juga anaknya memiliki profesi atau bahkan ketaatan terhadap agama, yang sama dengan orangtuanya. Atau anak seorang profesor yang tidak memiliki prestasi di sekolah dll.
Jadi, jika ada keluarga yang semuanya adalah dokter, itu bukan berarti karena anaknya mendapatkan warisan bakat menjadi seorang dokter dari orang tuanya. Namun karena ada situasi dan kondisi yang membuat keluarga tersebut bisa berprofesi sebagai seorang dokter. Seperti buku2 yang dimiliki ayahnya adalah buku kedokteran atau lingkungan pertemanan orangtuanya dll.
Itulah sebabnya, klo kita ingin memiliki keturunan yang sama dengan kita atau malah klo bisa lebih baik maka ciptakan kebiasaan2 atau lingkungan yang mendukung. Seperti ingin anak yang soleh atau solehah atau ingin anak yang kelak jadi pengusaha dll.
Saking pentingnya kebiasaan sampe ada buku yang berkenaan dengan itu seperti 7 Habits bahkan 8 Efective Habits. Karena memang kebiasaan pada akhirnya akan membentuk sebuah karakter individu.
Dari suatu sumber dinyatakan bahwa makna kebiasaan berasal dari kata biasa, yang mengandung arti pengulangan atau sering melakukan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Parea (1987), bahwa kebiasaan itu terjadi melalui pengulangan.
Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka jika suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang secara berulang-ulang dalam hal yang sama, akan menjadi suatu kebiasaan.
Kebiasaan juga bisa terjadi tanpa disertai kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu. Seperti bagi orang tertentu secara sadar tau bahwa konsumsi berlebihan terhadap suatu makanan akan menimbulkan penyakit tapi tanpa sadar tetap melakukannya.
Oleh sebab itu kadang penting bagi kita untuk melakukan suatu kebiaasan yang baik cecara sadar atau dipaksa pada awalnya agar tanpa sadar kita telah menjadikannya kebiasaan. Contoh seperti melakukan sholat tepat waktu.
Menurut saya juga, kebiasaan tetap butuh passion plus action. Saya pernah membuktikan mencoba ingin punya keahlian menggambar sewaktu kecil, dengan memulai membeli alat gambar dan mewarnai lalu membiasakan diri orat oret dimanapun, minta diajak ke pameran lukisan dll. Alhamdulillah berhasil, dengan bukti memenangkan beberapa kejuaraan menggambar, tingkat SD loh ya :).
Tapi itu gak berhasil ketika di usia remaja saya ingin mahir maen gitar. Karena saya gak action beli gitar, gak bergaul dengan yang bisa maen gitar, cuma beli bukunya aja dan gak rajin latihan, cuma di awal2 aja. Jadinya gak bisa maen gitar deh sampe sekarang. Atau memang karena niatnya yang waktu itu cuma agar bisa merayu seorang wanita hehe.
Jadi, mari kita kembangkan kebiasaan2 baik dalam hidup kita dan mempercayai bahwa kesuksesan akan diraih melalui kebiasaan2 tersebut, bukan sekedar hanya merasa berdasarkan bakat.
Wassalam.
-Eko June-