Conditioning atau pengondisian. Seperti AC alias air conditioner untuk menyejukkan udara, sifatnya 'memaksa' agar udara menjadi dingin atau hangat sehingga sesuai keinginan.
Serinkali ketika mengikuti sebuah pertemuan, ada situasi dimana selalu disediakan gorengan dalam piring. Seorang teman sambil becanda bilang bahwa inilah pengondisian. Karena tersedia gorengan di depan mata, kadang tanpa sadar kita akan mencomot satu demi satu, begitu sadar udah ngabisin 4 potong :). Beliau juga cerita bahwa dulu di kulkas rumahnya tidak pernah kosong dari minuman ringan bersoda. Karena tersedia, setiap buka kulkas pasti meminumnya. Sekarang sudah tidak lagi karena tau bahayanya jika terlalu banyak mengkonsumsi.
Pengondisian bisa jadi adalah suatu strategi bagaimana agar kita bisa memaksakan suatu kondisi, tentu yang lebih baik, sehingga kita mampu mencapai suatu keinginan tertentu. Dalam hal kesehatan atau dalam rangka diet disebutkan untuk mencoba makan dengan piring yang kecil. Karena ternyata ketika piring kita besar maka kita juga mampu makan banyak tapi begitu menggunakan piring lebih kecil dan otomatis isinya juga sedikit, ternyata bisa kenyang juga :).
Atau seperti beberapa teman lain. Sengaja tidak punya motor dan hanya punya sepeda sehingga kemana-mana akhirnya naek sepeda, tak heran tubuhnya pun ideal. Gak seperti saya yang ke depan beli nasi uduk aja pake motor, ke toko yang waktu tempuhnya gak sampe 7 menit pake motor dsb, pantesan gemuk :).
Ikut KMB juga pengondisian loh. Dimana kita selain mendapatkan sharing dari antar anggota dan mentor, juga 'terpaksa' harus bikin action plan atau PR untuk dipresentasikan setiap kali pertemuan. Tentu hal ini akan memaksa kita melakukan perbaikan dan progress agar ada peningkatan atau perubahan dari status sebelumnya. Sesama peserta menjadi pengawas dan gak enak banget klo sampe gak ada perubahan yang signifikan atau bahasa mbah Mofied 'gak ada sesuatu yang seru untuk diceritakan'. Bagus kan ?.
Gak punya BB juga sebenarnya sebuah pengondisian bagi beberapa orang, agar tidak selalu terjadi disturbtion alias gangguan yang akan mengalihkan fokus pada sesuatu. Sebentar2 buka BB, bangun tidur yang dibuka BB, belanja atau jalan2 bareng keluarga yang sering dilihat BB, ke toilet pun bawa BB :). Tentu harus sesuai proporsinya yah, jangan sampai terjadi seperti cerita seorang anak dengan puisinya 'Mama dan BB'.
Memilih lingkungan yang baik juga suatu pengondisian. Karena cukup besar pengaruh lingkungan dan pergaulan ini. Telah diajarkan dalam agama untuk memilih teman yang baik agar kita pun tertular atau 'terpaksa' menjadi baik.
Terkait resign, bagaimana yang baik ?. Saya gak tau deh tapi ada 2 tipe besar langkah untuk resign :
1. smooth resign
Dilakukan dengan terlebih dahulu memiliki usaha sampingan. Istilah di TDA jadi ampibi dulu, hidup di dua alam. Nah setelah dirasa 'cukup' baru deh resign. Saya kasih tanda kutip pada kata cukup karena relatif patokannya, baik dari sisi income maupun lamanya menyandang status ampibi. Ada yang jika sudah bisa menggantikan posisi gaji bulanan saat ini. Ada juga yang harus punya tabungan untuk 6 bulan kedepan, atau punya aset sekian banyak dsb. Sebagai referensi baca buku Quantum Resign oleh pak Sonny Sofyan, bagus bangets.
2. bakar kapal
Dilakukan dengan kondisi apapun yang ada saat ini bahkan jika tabungan cuma sedikit atau usaha baru dirintis atau bahkan belum punya sama sekali. Modalnya keyakinan bahwa pasti ada jalan, bahwa kondisi kepepet justru akan membangkitkan kekuatan luar biasa. Sesegera mungkin meninggalkan zona nyaman. Bakar kapal mengambil istilah strategi perang ketika menyebrang selat dan membakar semua kapal di belakang sehingga tidak ada jalan lain kecuali maju, no turning back.
Jadi, cara mana yang akan dipilih ?. Apakah keputusan resign juga bisa dianggap suatu pengkondisian ?.
Klo saya pribadi menyarankan untuk mengukur kemampuan dan karakteristik diri karena setiap orang unik. Kedua tipe cara itu ada contoh suksesnya masing2, pun ada contoh gagalnya juga.