Assalamu'alaikum wr. wb.
Ups, semoga judulnya gak bikin heboh ya :)
Saya bukan minta bantuan tambahan modal atau bantuan konsinyasi barang buat toko saya hehe. Saya hanya ingin sharing sedikit mengenai pengalaman ketika kita kebingungan dalam memutuskan untuk membeli sesuatu. Ketika kita dalam posisi sebagai pembeli.
Saya mungkin termasuk seorang tipe pembeli yang 'mudah'. Ya, menurut saya, saya adalah seorang pembeli yang dengan mudahnya memilih suatu barang yang diperlukan dengan cepat. Saya cukup melihat maksimal 2 model yang dibutuhkan, langsung pilih salah satunya dan beli.
Karena saya pria ? Enggak juga. Adik laki-laki saya klo belanja atau hendak dibelikan sesuatu pasti prosesnya lama. Umpamanya klo pengen dibelikan sepasang sepatu, maka dia akan melakukan proses pemilihan yang memusingkan kepala menurut saya. Dia bisa memasuki lebih dari 5 toko sepatu.
Dia bisa, dalam 1 toko dan setelah lama memilih, mendapatkan 6 pasang sepatu sebagai alternatif pilihan, itu dengan harga yang hampir sama. Dicoba satu-satu, ngaca, bergaya, berjalan sedikit, jinjit dll. Dan sepasang sepatu bisa dia coba 3 kali bolak-balik !. Udah gitu masih bingung lagi. Kadang nanya ke saya atau bahkan ke si penjaga 'yang mana ya ? ini bagus gak ? menurut mas Eko gimana ?'. Wah saya kadang jawab terserah dia, kan yang mau pake tuh sepatu. Penjaga juga jawabnya sama 'Gak tau mas' atau 'Semua bagus klo mas yang make' ... wakk, ngerayu banget sih kesannya dan gak ngaruh banget, malah tambah bingung. Dan yang lebih parah klo pun saya bisa kasih pendapat saya dan memilih yang menurut saya bagus eh dia gak terima bin tetep bingung. Ngeselin gak sih ?
Tapi kemudian saya berpikir. Mungkin hal ini akan kita alami sebagai penjual terhadap pembeli yang kebingungan menentukan pilihannya. Ya, seperti kata pak Fauzi bahwa di dunia IT bahkan klien kadang gak tau kebutuhan dia tuh apa. Akhirnya jadi tugas kita sebagai penjual untuk membantu menentukan pilihan bagi calon pembeli atau klien tersebut. Agar proses pembelian terjadi alias agar ada covertion rate. Agar jangan calon pembeli tidak jadi membeli barang kita dan pergi bukan karena barang kita kurang bagus tapi karena bingung milih yang paling bagus diantara yang bagus-bagus !. Happy problem ini mah namanya kata pak Roni :).
Saya sering melihat istri saya dalam melayani pembeli mempraktekkan hal ini. Dengan sabar melayani kebingungan pembeli dalam menentukan pilihannya. Kadang berlaku bak konsultan fashion. Lucunya ada juga yang ingin agar istri saya yang mencoba pakaian atau kerudungnya.
Tidak mengatakan bahwa semua barang bagus dan cocok buat calon pembeli adalah kejujuran yang dihargai. Karena jadi gak ada kesan 'emang yang jualan pasti begitu, bilangnya semua bagus'. Dan memang semua barang cocok-cocokan dengan calon pembeli, entah warnanya, posturnya dll. Pernah ada kejadian ketika ada yang membeli kerudung, dia bingung diantara 3 pilihan. Istri lalu mengatakan bahwa yang cocok adalah yang A dengan beberapa alasan fashion yang disampaikan. Si calon pembeli curiga, jangan-jangan ini yang paling mahal karena bilang 'ah, ini yang mahal punya ya, branded begitu'. Ternyata walau branded dan memang lebih bagus tapi itu lebih murah daripada yang tidak branded. :)
So, pada akhirnya sebagai penjual kita juga harus jeli melihat 'kebingungan' calon pembeli dalam menentukan pilihannya. Mereka kadang juga butuh bantuan. Dan bantuan itu haruslah tulus untuk memberikan solusi dan manfaat buat mereka bukan sekedar agar terjadi transaksi. Karena calon pelanggan yang jeli bisa mengendus ketulusan kita. Dan ini kadang gak gampang, apalagi buat pegawai kita yang kadang memang lebih rendah 'sense of belonging' dan 'kadar fashion'-nya (buat yang bergerak di garmen). Adalah tugas kita dan pegawai untuk membantu meentukan pilihan bagi calon pembeli. Untuk itu perlu 'product knowledge' yang baik dan jiwa melayani yang terus diasah melalui pengalaman.
Bantulah saya ! :)
Wassalam.
-Eko June-
Ups, semoga judulnya gak bikin heboh ya :)
Saya bukan minta bantuan tambahan modal atau bantuan konsinyasi barang buat toko saya hehe. Saya hanya ingin sharing sedikit mengenai pengalaman ketika kita kebingungan dalam memutuskan untuk membeli sesuatu. Ketika kita dalam posisi sebagai pembeli.
Saya mungkin termasuk seorang tipe pembeli yang 'mudah'. Ya, menurut saya, saya adalah seorang pembeli yang dengan mudahnya memilih suatu barang yang diperlukan dengan cepat. Saya cukup melihat maksimal 2 model yang dibutuhkan, langsung pilih salah satunya dan beli.
Karena saya pria ? Enggak juga. Adik laki-laki saya klo belanja atau hendak dibelikan sesuatu pasti prosesnya lama. Umpamanya klo pengen dibelikan sepasang sepatu, maka dia akan melakukan proses pemilihan yang memusingkan kepala menurut saya. Dia bisa memasuki lebih dari 5 toko sepatu.
Dia bisa, dalam 1 toko dan setelah lama memilih, mendapatkan 6 pasang sepatu sebagai alternatif pilihan, itu dengan harga yang hampir sama. Dicoba satu-satu, ngaca, bergaya, berjalan sedikit, jinjit dll. Dan sepasang sepatu bisa dia coba 3 kali bolak-balik !. Udah gitu masih bingung lagi. Kadang nanya ke saya atau bahkan ke si penjaga 'yang mana ya ? ini bagus gak ? menurut mas Eko gimana ?'. Wah saya kadang jawab terserah dia, kan yang mau pake tuh sepatu. Penjaga juga jawabnya sama 'Gak tau mas' atau 'Semua bagus klo mas yang make' ... wakk, ngerayu banget sih kesannya dan gak ngaruh banget, malah tambah bingung. Dan yang lebih parah klo pun saya bisa kasih pendapat saya dan memilih yang menurut saya bagus eh dia gak terima bin tetep bingung. Ngeselin gak sih ?
Tapi kemudian saya berpikir. Mungkin hal ini akan kita alami sebagai penjual terhadap pembeli yang kebingungan menentukan pilihannya. Ya, seperti kata pak Fauzi bahwa di dunia IT bahkan klien kadang gak tau kebutuhan dia tuh apa. Akhirnya jadi tugas kita sebagai penjual untuk membantu menentukan pilihan bagi calon pembeli atau klien tersebut. Agar proses pembelian terjadi alias agar ada covertion rate. Agar jangan calon pembeli tidak jadi membeli barang kita dan pergi bukan karena barang kita kurang bagus tapi karena bingung milih yang paling bagus diantara yang bagus-bagus !. Happy problem ini mah namanya kata pak Roni :).
Saya sering melihat istri saya dalam melayani pembeli mempraktekkan hal ini. Dengan sabar melayani kebingungan pembeli dalam menentukan pilihannya. Kadang berlaku bak konsultan fashion. Lucunya ada juga yang ingin agar istri saya yang mencoba pakaian atau kerudungnya.
Tidak mengatakan bahwa semua barang bagus dan cocok buat calon pembeli adalah kejujuran yang dihargai. Karena jadi gak ada kesan 'emang yang jualan pasti begitu, bilangnya semua bagus'. Dan memang semua barang cocok-cocokan dengan calon pembeli, entah warnanya, posturnya dll. Pernah ada kejadian ketika ada yang membeli kerudung, dia bingung diantara 3 pilihan. Istri lalu mengatakan bahwa yang cocok adalah yang A dengan beberapa alasan fashion yang disampaikan. Si calon pembeli curiga, jangan-jangan ini yang paling mahal karena bilang 'ah, ini yang mahal punya ya, branded begitu'. Ternyata walau branded dan memang lebih bagus tapi itu lebih murah daripada yang tidak branded. :)
So, pada akhirnya sebagai penjual kita juga harus jeli melihat 'kebingungan' calon pembeli dalam menentukan pilihannya. Mereka kadang juga butuh bantuan. Dan bantuan itu haruslah tulus untuk memberikan solusi dan manfaat buat mereka bukan sekedar agar terjadi transaksi. Karena calon pelanggan yang jeli bisa mengendus ketulusan kita. Dan ini kadang gak gampang, apalagi buat pegawai kita yang kadang memang lebih rendah 'sense of belonging' dan 'kadar fashion'-nya (buat yang bergerak di garmen). Adalah tugas kita dan pegawai untuk membantu meentukan pilihan bagi calon pembeli. Untuk itu perlu 'product knowledge' yang baik dan jiwa melayani yang terus diasah melalui pengalaman.
Bantulah saya ! :)
Wassalam.
-Eko June-