Assalamu'alaikum wr. wb.
Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudera
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda brani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai
Itulah petikan lagu yang langsung saya ingat begitu pak Haji Alay menganalogikan bahwa ketika kita memutuskan untuk terjun berbisnis maka itu ibarat kita sedang akan melaut.
Blio menyampaikan bahwa begitu kita melaut maka rintangan pertama adalah 'apakah kita cukup kuat hanya agar tidak mabuk laut' ? Mual2, pusing, berkunang-kunang adalah reaksi pertama yang dirasakan seseorang ketika pertama kali melaut. Ombak menghempas kapal sehingga kapa oleng ke kanan dan kiri. Ini baru ombak halus di perairan dangkal.
Dan inilah biasanya dampak yang terjadi bagi pebisnis pemula. Rasa mual2 dan keringatan tatkala menghadapi pelanggan/klien pertama kalinya, pusing sewaktu ada ritangan kecil yang tiba2 menghadang, berkunang-kunang tatkala hasilnya masih jauh dari target dan perkiraan semula.
Ini kata pak Haji baru 1/3 perjalanan.
Perjalanan selanjutnya adalah mengarungi laut lebih dalam dan jauh dari pesisir karena justru ikan2 besarlah yang ada disana. Ombak makin tinggi dan tidak bisa diprediksi arahnya, angin yang makin kencang. Tangan menjadi lebih pegal memegang kemudi. Walau mual2, pusing dan berkunang-kunang mulai berkurang karena sudah mulai terbiasa. Tapi keringat lebih banyak bercucuran, otot lebih tegang, pikiran harus lebih konsentrasi karena bengong sedikit akibatnya akan fatal : kapal terbalik !.
Pebisnis menengah sudah mulai mengenal medan. Mulai menemukan arah kemana tujuan bisnisnya, fokusnya dimana. Mulai ahli mencari supplier yang baik, lokasi yang pasti akan strategis, menjaga stok barang agar match dengan demand dll. Tapi tantangan juga makin berat. Pelanggan lebih kritis, harus menjaga hubungan jangka panjang dengan supplier, persaingan merajalela, kebijakan pemerintah gak mendukung dll. Tetap menjaga bisnis agar tidak bangkrut.
1/3 perjalanan lainnya sudah berlalu.
Pelaut ulung kini bisa memprediksi siklus ikan2 besar, bulan apa akan banyak, di lokasi mana mereka biasanya ada, apakah ikan yang walau besar tapi tidak bisa dimakan dll. Kemana angin dalam hitungan detik akan berubah hembusannya, bagaimana menentukan arah hanya dengan petunjuk bintang di langit dll.
Pebisnis sukses menikmati hasil mabuk lautnya dulu. Ternyata memang rejeki Allah SWT adalah pasti dan dijanjikan bagi yang berusaha meraihnya. Kerja kerasnya dibayar penuh, ikhtiar ikhlasnya dibalas.
So, bizmarters ... mari kita melaut.
Nenek moyangku seorang pelaut ....
Wassalam.
-Eko June-
Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudera
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda brani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai
Itulah petikan lagu yang langsung saya ingat begitu pak Haji Alay menganalogikan bahwa ketika kita memutuskan untuk terjun berbisnis maka itu ibarat kita sedang akan melaut.
Blio menyampaikan bahwa begitu kita melaut maka rintangan pertama adalah 'apakah kita cukup kuat hanya agar tidak mabuk laut' ? Mual2, pusing, berkunang-kunang adalah reaksi pertama yang dirasakan seseorang ketika pertama kali melaut. Ombak menghempas kapal sehingga kapa oleng ke kanan dan kiri. Ini baru ombak halus di perairan dangkal.
Dan inilah biasanya dampak yang terjadi bagi pebisnis pemula. Rasa mual2 dan keringatan tatkala menghadapi pelanggan/klien pertama kalinya, pusing sewaktu ada ritangan kecil yang tiba2 menghadang, berkunang-kunang tatkala hasilnya masih jauh dari target dan perkiraan semula.
Ini kata pak Haji baru 1/3 perjalanan.
Perjalanan selanjutnya adalah mengarungi laut lebih dalam dan jauh dari pesisir karena justru ikan2 besarlah yang ada disana. Ombak makin tinggi dan tidak bisa diprediksi arahnya, angin yang makin kencang. Tangan menjadi lebih pegal memegang kemudi. Walau mual2, pusing dan berkunang-kunang mulai berkurang karena sudah mulai terbiasa. Tapi keringat lebih banyak bercucuran, otot lebih tegang, pikiran harus lebih konsentrasi karena bengong sedikit akibatnya akan fatal : kapal terbalik !.
Pebisnis menengah sudah mulai mengenal medan. Mulai menemukan arah kemana tujuan bisnisnya, fokusnya dimana. Mulai ahli mencari supplier yang baik, lokasi yang pasti akan strategis, menjaga stok barang agar match dengan demand dll. Tapi tantangan juga makin berat. Pelanggan lebih kritis, harus menjaga hubungan jangka panjang dengan supplier, persaingan merajalela, kebijakan pemerintah gak mendukung dll. Tetap menjaga bisnis agar tidak bangkrut.
1/3 perjalanan lainnya sudah berlalu.
Pelaut ulung kini bisa memprediksi siklus ikan2 besar, bulan apa akan banyak, di lokasi mana mereka biasanya ada, apakah ikan yang walau besar tapi tidak bisa dimakan dll. Kemana angin dalam hitungan detik akan berubah hembusannya, bagaimana menentukan arah hanya dengan petunjuk bintang di langit dll.
Pebisnis sukses menikmati hasil mabuk lautnya dulu. Ternyata memang rejeki Allah SWT adalah pasti dan dijanjikan bagi yang berusaha meraihnya. Kerja kerasnya dibayar penuh, ikhtiar ikhlasnya dibalas.
So, bizmarters ... mari kita melaut.
Nenek moyangku seorang pelaut ....
Wassalam.
-Eko June-