Assalamu'alaikum wr. wb.
Bayangkan. Ketika kita berkunjung ke suatu negara, menggunakan taxi, kita dibukakan pintu atau ada pintu yang otomatis terbuka dan tertutup, sehingga mempermudah kita masuk ketika tangan kita full dengan tas belanjaan. Lalu ketika kita didalam, ditanya asal negara, gak lama kemudian melantunlah lagu yang berasal dari negara kita. Ketika si pengemudi menerima HP, ringtone-nya juga bersuara lagi, lagu dari negara kita !.
Ketika mengemudi, saking halusnya, kita bisa meletakkan gelas berisi air tanpa kuatir akan tumpah. Si supir juga memberikan peta daerah tersebut, lengkap dengan lokasi tujuan wisata, dan itu ia gambar sendiri !. Dan peta ini sekaligus sebagai kenang2-an atas kunjungan tersebut.
Atau bayangkan ketika kita menginap di suatu penginapan tradisional, kita langsung disuguhi minuman dan pakaian tradisional negara tersebut. Gak berapa lama ada yang mengetuk pintu, masuk dan memberikan salam selamat datang. Dan tebak siapakah itu, dia adalah pemiliki penginapan tersebut !.
Ya, negara tersebut adalah Jepang.
Saya belum pernah memiliki kesempatan berkunjung kesana, tapi saya menyukai segala sesuatu mengenai 'saudara tua' kita tersebut. Kesederhanaan sekaligus kecanggihannya. Dan dalam kesempatan kali ini : pelayanan dan keramahtamahannya. Disana bahkan ada pemberian lencana bagi para ahli seni keramahtamahan.
Ichigo Ichie artinya kurang lebih adalah menghargai setiap saat yang terjadi antara anda dan orang lain atau dengan kata lain hargailah setiap pertemuan dengan orang lain ... karena mungkin hal itu tidak akan pernah terjadi lagi. Hal ini berasal dari pribahasa dan menjelma menjadi sebuah semangat pelayanan yang excelent.
Ketika kita bertemu dengan orang lain, apalagi yang baru pertama kali bertemu, jadikan pertemuan itu menjadi pertemuan yang istimewa. Berikan perhatian. Jalin silahturahmi yang tulus.
Jika kita memiliki bisnis, berikanlah pelayanan maksimal yang tulus. Ya, YANG TULUS. Hargailah pertemuan dengan pelanggan tersebut seakan hal itu gak akan pernah terjadi lagi. Dalam arti positif ya, bukan maksudnya karena tuh pelanggan gak mungkin ketemu lagi atau datang lagi maka cuek aja:). Maksudnya adalah kita memberikan yang terbaik, yang bisa memberikan kesan mendalam dan penuh rasa kepada orang lain atau pelanggan kita. Menganggap mereka sebagai tamu tepatnya, yang perlu dihormati, dihargai dan dipenuhi kebutuhannya. Sekali lagi, DENGAN TULUS, tanpa embel2 tujuan agar barang terbeli atau agar dia balik lagi, karena hal2 itu akan datang secara otomatis koq, sebagai imbas.
Saya jadi ingat ajaran dalam agama Islam. Beribadahlah seakan kita akan meninggal esok dan kejarlah rejeki seakan kita akan hidup selamanya. Jadi kita akan beribadah semaksimal, sebaik dan setulus mungkin seandainya kita tau bahwa kita akan tiada keesokan harinya karena ketika itu terjadi maka semua sudah terlambat. Semua amal sudah terputus dan kita hanya bisa tinggal pasrah menantikan hisab kita nanti.
Bahkan dalam Islam, sesuai tradisi Arab juga, diwajibkan memuliakan para tamu. Itulah sebabnya sejak dahulu kala, melayani para tamu baitullah adalah suatu kehormatan dan tugas sebagai pemberi minum adalah sebuah jabatan terhormat.
Senyum tulus. Itu mungkin hal terkecil, remeh dan sederhana yang bisa kita lakukan. Tapi dampaknya akan sangat besar. Sama dengan apa yang ditulis oleh pak Hadi dalam Smaiiil.
Memang sulit jika hal ini terkait dengan SDM yang kita miliki dalam usaha. Apakah bisa menerapkan hal yang sama ?, mengingat sense of belonging-nya terhadap bisnis kita yang pasti beda. Tapi justru itu seni-nya. Disitulah kreatifitas dan keikhlasan kita dalam memberikan dorongan2 termasuk insentif agar tim sama rasa dalam hal pelayanan dituntut. Saya sendiri masih harus banyak belajar.
Negara kita dulu kata ibu guru katanya adalah negara yang terkenal sopan dan ramah. Masihkah ?
Wassalam.
-Eko June-
Bayangkan. Ketika kita berkunjung ke suatu negara, menggunakan taxi, kita dibukakan pintu atau ada pintu yang otomatis terbuka dan tertutup, sehingga mempermudah kita masuk ketika tangan kita full dengan tas belanjaan. Lalu ketika kita didalam, ditanya asal negara, gak lama kemudian melantunlah lagu yang berasal dari negara kita. Ketika si pengemudi menerima HP, ringtone-nya juga bersuara lagi, lagu dari negara kita !.
Ketika mengemudi, saking halusnya, kita bisa meletakkan gelas berisi air tanpa kuatir akan tumpah. Si supir juga memberikan peta daerah tersebut, lengkap dengan lokasi tujuan wisata, dan itu ia gambar sendiri !. Dan peta ini sekaligus sebagai kenang2-an atas kunjungan tersebut.
Atau bayangkan ketika kita menginap di suatu penginapan tradisional, kita langsung disuguhi minuman dan pakaian tradisional negara tersebut. Gak berapa lama ada yang mengetuk pintu, masuk dan memberikan salam selamat datang. Dan tebak siapakah itu, dia adalah pemiliki penginapan tersebut !.
Ya, negara tersebut adalah Jepang.
Saya belum pernah memiliki kesempatan berkunjung kesana, tapi saya menyukai segala sesuatu mengenai 'saudara tua' kita tersebut. Kesederhanaan sekaligus kecanggihannya. Dan dalam kesempatan kali ini : pelayanan dan keramahtamahannya. Disana bahkan ada pemberian lencana bagi para ahli seni keramahtamahan.
Ichigo Ichie artinya kurang lebih adalah menghargai setiap saat yang terjadi antara anda dan orang lain atau dengan kata lain hargailah setiap pertemuan dengan orang lain ... karena mungkin hal itu tidak akan pernah terjadi lagi. Hal ini berasal dari pribahasa dan menjelma menjadi sebuah semangat pelayanan yang excelent.
Ketika kita bertemu dengan orang lain, apalagi yang baru pertama kali bertemu, jadikan pertemuan itu menjadi pertemuan yang istimewa. Berikan perhatian. Jalin silahturahmi yang tulus.
Jika kita memiliki bisnis, berikanlah pelayanan maksimal yang tulus. Ya, YANG TULUS. Hargailah pertemuan dengan pelanggan tersebut seakan hal itu gak akan pernah terjadi lagi. Dalam arti positif ya, bukan maksudnya karena tuh pelanggan gak mungkin ketemu lagi atau datang lagi maka cuek aja:). Maksudnya adalah kita memberikan yang terbaik, yang bisa memberikan kesan mendalam dan penuh rasa kepada orang lain atau pelanggan kita. Menganggap mereka sebagai tamu tepatnya, yang perlu dihormati, dihargai dan dipenuhi kebutuhannya. Sekali lagi, DENGAN TULUS, tanpa embel2 tujuan agar barang terbeli atau agar dia balik lagi, karena hal2 itu akan datang secara otomatis koq, sebagai imbas.
Saya jadi ingat ajaran dalam agama Islam. Beribadahlah seakan kita akan meninggal esok dan kejarlah rejeki seakan kita akan hidup selamanya. Jadi kita akan beribadah semaksimal, sebaik dan setulus mungkin seandainya kita tau bahwa kita akan tiada keesokan harinya karena ketika itu terjadi maka semua sudah terlambat. Semua amal sudah terputus dan kita hanya bisa tinggal pasrah menantikan hisab kita nanti.
Bahkan dalam Islam, sesuai tradisi Arab juga, diwajibkan memuliakan para tamu. Itulah sebabnya sejak dahulu kala, melayani para tamu baitullah adalah suatu kehormatan dan tugas sebagai pemberi minum adalah sebuah jabatan terhormat.
Senyum tulus. Itu mungkin hal terkecil, remeh dan sederhana yang bisa kita lakukan. Tapi dampaknya akan sangat besar. Sama dengan apa yang ditulis oleh pak Hadi dalam Smaiiil.
Memang sulit jika hal ini terkait dengan SDM yang kita miliki dalam usaha. Apakah bisa menerapkan hal yang sama ?, mengingat sense of belonging-nya terhadap bisnis kita yang pasti beda. Tapi justru itu seni-nya. Disitulah kreatifitas dan keikhlasan kita dalam memberikan dorongan2 termasuk insentif agar tim sama rasa dalam hal pelayanan dituntut. Saya sendiri masih harus banyak belajar.
Negara kita dulu kata ibu guru katanya adalah negara yang terkenal sopan dan ramah. Masihkah ?
Wassalam.
-Eko June-