Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Di suatu bengkel yang riuh, seorang ayah dan anak lelakinya sedang bekerja. Anak lelaki itu sepertinya masih sekolah di tingkat SMU karena terlihat dari baju seragam-nya, yang mungkin belum sempat diganti sepulang sekolah karena langsung nimbrung mengejar target bengkel, atau sekalian mengotori baju yang emang sudah lusuh dan kotor.
Dengan semangat ia menggergaji selempeng plat besi setebal 6 cm menggunakan gergaji besi. Ya, mereka belum memiliki mesin gergaji otomatis seperti yang dimiliki bengkel2 besi di daerah Glodok yang seringkali anak lelaki itu liat ketika berbelanja bahan.
Saking semangatnya anak lelaki itu tidak mendengar sapaan ayahnya. Baru ketika sang ayah mencoleknya, iapun menengok.
"Nak, jangan cepat2 mengayun gergajinya".
"Loh, kan biar cepat terpotong, Yah", jawab di anak.
"Iya, tapi liat. Gak lurus kan ?"
Dalam menggergaji, ternyata mengandalkan kebiasaan dan tanda garis lurus ternyata tidak cukup jika kita terlalu terburu-buru. Apalagi yang dihadapi adalah sepotong besi yang keras. Ketika arah potongannya melenceng sedikit saja maka akan sangat sulit meluruskannya kembali.
Dalam menggergaji, ternyata akan lebih cepat terpotong ketika kita konstan, baik irama ayunan maupun kekuatan tekannya. Lebih hemat tenaga lagi.
"Nikmati prosesnya, jangan keburu mengejar hasil", lanjut sang Ayah. "Karena ketika dalam proses yang konstan dan kita menikmatinya, maka hasil terbaik pasti diraih."
Konsistensi. Terus bergerak.
* saya bekerja membantu ayah saya di bengkel ketika pulang sekolah sewaktu STM
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
-Eko June-