Assalamu'alaikum wr. wb.
Seperti yang pernah saya ceritakan bahwa ini adalah kali pertama saya mengalami tradisi mudik setelah bertahun-tahun sebelumnya hanya radius Jabodetabek.
Alhamdulillah, perjalanan mudik pertama saya ini sangat lancar. Di luar dugaan. Apa mungkin karena saya berangkatnya H-6 ?. Entahlah. Yang pasti walau saya beberapa kali melihat mobil2 ber-plat B dan 'memanggul' barang diatasnya, jumlah dan frekwensi kendaraan yang lewat masih sedikit. Saya masih mendapatkan waktu tempuh yang normal sampai ke tujuan yaitu 12 jam. Lain dengan cerita seorang rekan yang SMS bahwa dia masih di tol Cikampek, dan dari Jakarta aja ditempuh selama 8 jam, itu juga masih macet !.
Singkat kata, saya mengalami banyak hal baru yang begitu mengesankan, baik dalam perjalanan berangkat, setiba dan selama disana, serta ketika melakukan perjalanan balik pulang. Yang tidak bisa dengan cukup singkat diceritakan.
Yang ingin saya sharing adalah kesan pertemuan dengan rekan satu komunitas Tangan Di Atas (TDA) yaitu pak Budi Prajitno di Solo dan sahabat saya, pak Hadi dan pasangannya yang luar biasa, bu Amy, di Wonosobo.
Entah kenapa, walau baru pertama kali ketemu, kami-saya dan pak Budi-serasa bagai kawan lama. Kami langsung akrab dan suasana tidak berlangsung kaku.
Tadinya pak Bambang Tri selaku punggawa TDA Joglo berencana mengatur pertemuan dengan semua member TDA Joglo untuk sowan ke tempat mudik saya di Teras-Boyolali. Saya merasa tidak nyaman aja diperlakukan seperti itu, apalagi pak Bams, panggilan pak Bambang Tri, harus berangkat dari Yogya yang sangat jauh. Saya lebih memilih aktif mendatangi member yang kebetulan punya waktu luang pada saat itu aja :). Alhamdulillah ada pak Budi Prayitno yang sudah menyambut dan menemani saya dengan sangat ramah.
Perbincangan kami sangat cair dan santai. Membicarakan tentang kehidupan, bisnis, adiknya yang luar biasa, pak Bobby Prayitno yang tinggal di Singapura dan lain2. Di suatu tempat jajanan kaki lima, saya mencoba makanan khas sana, Bistik Lidah dan Risoles Kuah. Saya yang pecinta wisata kuliner ini sangat menikmatinya. Sayang karena malam dan masih hari kedua lebaran, tujuan2 kuliner lain masih tutup. Bahkan keinginan untuk mendatangi pasar Klewer yang pusat batik terpaksa pupus.
Tujuan saya kedua adalah ke rumah sahabat saya, Hadi Kuntoro. Seorang pebisnis yang termasuk pemula tapi kehebatan dan hasil yang didapat laksana pebisnis yang sudah berpuluh tahun berkarya. Prestasi fenomenalnya adalah menjadi agen platinum terbesar dan tercepat dari Rabbani, ikon kerudung terkenal dari Bandung. Bahkan sekarang bersama adiknya, mas Yoyok, berhasil membuka Markaz, yaitu pusat distributor Rabbani yang melayani seantero Jawa Tengah. Luar biasa.
Seperti biasa, dengan ramah tamah dan tak lupa logat medoknya, pak Hadi dan istri menyambut kami sekeluarga. Oh ya, pak Hadi ini-tidak seperti pak Budi yang baru pertama kali ketemu-adalah sahabat satu komunitas TDA yang termasuk paling awal saya kenal. Bahkan sebelum mengenal TDA sendiri. Kami sama anggota sub wilayah TDA Bekasi dan sudah sering bersinergi bisnis. Tapi pak Hadi saya akui jauh melesat bagai peluru.
Kami sekeluarga ditemani berkeliling kota Wonosobo yang-benar seperti cerita pak Hadi-sangat sangat teramat dingin sekali banget !. Setelah itu makan mie Omgklok namanya, di Jakarta saya jadi ingat makanan mie kangkung. Mirip, enak. Pulang darisana anak2 berkesempatan naik andong.
Setelah makan Mie Ongklok Pak Muhadi-Wonosobo
Di dalam toko besar Markaz Rabbani Wonosobo
Akhirnya kamipun pulang karena hari sudah menjelang sore.
Ahh, perjalanan mudik yang sangat menyenangkan. Cape tapi saya tidak ingin merasakannya. Dan memang tidak, mengingat semua kejadian seru yang kami sekeluarga alami.
Terima kasih kepada teman dan sahabat yang sudah menemani saya, pemudik amatir ini. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan. Amin.
Wassalam.
-Eko June-
Seperti yang pernah saya ceritakan bahwa ini adalah kali pertama saya mengalami tradisi mudik setelah bertahun-tahun sebelumnya hanya radius Jabodetabek.
Alhamdulillah, perjalanan mudik pertama saya ini sangat lancar. Di luar dugaan. Apa mungkin karena saya berangkatnya H-6 ?. Entahlah. Yang pasti walau saya beberapa kali melihat mobil2 ber-plat B dan 'memanggul' barang diatasnya, jumlah dan frekwensi kendaraan yang lewat masih sedikit. Saya masih mendapatkan waktu tempuh yang normal sampai ke tujuan yaitu 12 jam. Lain dengan cerita seorang rekan yang SMS bahwa dia masih di tol Cikampek, dan dari Jakarta aja ditempuh selama 8 jam, itu juga masih macet !.
Singkat kata, saya mengalami banyak hal baru yang begitu mengesankan, baik dalam perjalanan berangkat, setiba dan selama disana, serta ketika melakukan perjalanan balik pulang. Yang tidak bisa dengan cukup singkat diceritakan.
Yang ingin saya sharing adalah kesan pertemuan dengan rekan satu komunitas Tangan Di Atas (TDA) yaitu pak Budi Prajitno di Solo dan sahabat saya, pak Hadi dan pasangannya yang luar biasa, bu Amy, di Wonosobo.
Entah kenapa, walau baru pertama kali ketemu, kami-saya dan pak Budi-serasa bagai kawan lama. Kami langsung akrab dan suasana tidak berlangsung kaku.
Tadinya pak Bambang Tri selaku punggawa TDA Joglo berencana mengatur pertemuan dengan semua member TDA Joglo untuk sowan ke tempat mudik saya di Teras-Boyolali. Saya merasa tidak nyaman aja diperlakukan seperti itu, apalagi pak Bams, panggilan pak Bambang Tri, harus berangkat dari Yogya yang sangat jauh. Saya lebih memilih aktif mendatangi member yang kebetulan punya waktu luang pada saat itu aja :). Alhamdulillah ada pak Budi Prayitno yang sudah menyambut dan menemani saya dengan sangat ramah.
Perbincangan kami sangat cair dan santai. Membicarakan tentang kehidupan, bisnis, adiknya yang luar biasa, pak Bobby Prayitno yang tinggal di Singapura dan lain2. Di suatu tempat jajanan kaki lima, saya mencoba makanan khas sana, Bistik Lidah dan Risoles Kuah. Saya yang pecinta wisata kuliner ini sangat menikmatinya. Sayang karena malam dan masih hari kedua lebaran, tujuan2 kuliner lain masih tutup. Bahkan keinginan untuk mendatangi pasar Klewer yang pusat batik terpaksa pupus.
Tujuan saya kedua adalah ke rumah sahabat saya, Hadi Kuntoro. Seorang pebisnis yang termasuk pemula tapi kehebatan dan hasil yang didapat laksana pebisnis yang sudah berpuluh tahun berkarya. Prestasi fenomenalnya adalah menjadi agen platinum terbesar dan tercepat dari Rabbani, ikon kerudung terkenal dari Bandung. Bahkan sekarang bersama adiknya, mas Yoyok, berhasil membuka Markaz, yaitu pusat distributor Rabbani yang melayani seantero Jawa Tengah. Luar biasa.
Seperti biasa, dengan ramah tamah dan tak lupa logat medoknya, pak Hadi dan istri menyambut kami sekeluarga. Oh ya, pak Hadi ini-tidak seperti pak Budi yang baru pertama kali ketemu-adalah sahabat satu komunitas TDA yang termasuk paling awal saya kenal. Bahkan sebelum mengenal TDA sendiri. Kami sama anggota sub wilayah TDA Bekasi dan sudah sering bersinergi bisnis. Tapi pak Hadi saya akui jauh melesat bagai peluru.
Kami sekeluarga ditemani berkeliling kota Wonosobo yang-benar seperti cerita pak Hadi-sangat sangat teramat dingin sekali banget !. Setelah itu makan mie Omgklok namanya, di Jakarta saya jadi ingat makanan mie kangkung. Mirip, enak. Pulang darisana anak2 berkesempatan naik andong.
Setelah makan Mie Ongklok Pak Muhadi-Wonosobo
Di dalam toko besar Markaz Rabbani Wonosobo
Akhirnya kamipun pulang karena hari sudah menjelang sore.
Ahh, perjalanan mudik yang sangat menyenangkan. Cape tapi saya tidak ingin merasakannya. Dan memang tidak, mengingat semua kejadian seru yang kami sekeluarga alami.
Terima kasih kepada teman dan sahabat yang sudah menemani saya, pemudik amatir ini. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan. Amin.
Wassalam.
-Eko June-