Atas - Bawah


Assalamu'alaikum wr. wb.

"Liat tuh tetangga lagi ningkat rumah".
"Wah, si Adul baru beli mobil".
"Alhamdulillah akhirnya dia punya toko juga ya".

Begitu bahagianya juga kita ketika melihat atau mendengar rekan, sahabat atau saudara kita sedang mengalami kebahagiaan. Berbahagia dengan kebahagiaan orang lain. Pada saat yang sama kita juga memenjatkan doa agar kelak diberi kebahagiaan serupa, jika saat ini kita masih belum memilikinya.

Melihat ke atas. Ya, ketika kita melihat kemajuan usaha, peningkatan karir atau hal2 lain yang berhubugan dengan maju, tinggi, lebih baik, meningkat dan lain2, artinya kita sedang melihat ke atas. Sisi atas yang bisa dijadikan sebagai tujuan, target dan impian. Agar kita selalu termotivasi untuk mencapainya. Sesuai dengan ajaran agama bahwa jika kondisi hari ini sama dengan kemarin maka termasuk golongan merugi, apalagi jika lebih buruk.

Sah2 saja toh mengejar apa yang sudah menjadi impian. Ingin sukses, ingin maju, ingin kaya, ingin jabatan tinggi, ingin punya ini-itu dll. Hanya saja perlu diperhatikan koridor dan norma yang baik untuk mencapainya.

Maka ada saatnya kita juga melihat kebawah.

Melihat ternyata ada yang masih belum seberuntung kita, yang belum bisa mencapai bahkan step awal ketika pada saat yang sama kita sudah sampai di step kesekian. Fungsinya adalah untuk selalu beryukur dan berlaku sebagai pengawas dan rem agar kita tidak kebablasan. Mengingat agar juga bisa menarik orang lain sehingga bisa setidaknya mengikuti jejak kita, karena mungkin kita sedang diberi berkah dan rejeki berlebih.

Melihat ke atas dan ke bawah. Seimbang. Seperti halnya segala sesuatu di dunia ini yang penuh dengan pernik dan hal mengenai keseimbangan. Siang-malam, besar-kecil, terang-gelap, luas-sempit, basah-kering, tinggi-pendek, bodoh-pintar. Ying dan yang.

Bahkan terkadang ada sesuatu yang tersembunyi di balik oposite masing2. Seperti ada kesempatan dalan kesempitan, ada secercah terang dalam kegelapan, dibalik kemiskinan seseorang ternyata kaya akan kebesaran hidup, sebaliknya dibalik kekayaan seseorang ternyata miskin kepedulian dll.

Ingin usaha yang maju dan sukses tapi juga tidak ingin meninggalkan rekan yang usahanya masih belum berjalan, tidak berkembang dll. Siapa tau dengan menolong mereka usaha justru semakin maju. Sesuai dengan falsalah dari pak Mario Teguh 'sebenernya bisnis itu hanya keinginan kita menolong sesama, memenuhi kebutuhan orang lain, itu saja dan ketika itu sudah terwujud, dijamin usaha akan sukses, gak udah terlalu memikirkan uang karena itu akan datang sendiri'.

Wassalam.

-Eko June-

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post