Assalamu'alaikum wr. wb.
Hasil riset menunjukkan : bahwa rata-rata, orang baru akan mengambil tindakan setelah melihat 9x suatu informasi. Masalahnya, masih berdasarkan hasil riset, dari setiap 3x informasi, yang diperhatikan hanya 1x. Jadi kalau kita mau supaya orang bertindak, orang harus melihat komunikasi kita 3 x 9 = 27 kali. Kalau kita beriklan, kita harus beriklan 27 kali.
Hal diatas saya dapat dari suatu sumber.
Wah, klo gitu banyak juga gak frekwensi komunikasi yang perlu kita lakukan. Jadi mengomunikasikan secara terus menerus bisnis kita memang sangat diperlukan. Sebagus apapun produk dan jasa kita, sebaik apapun pelayanan kita, jika kurang mengkomunikasikan semuanya akan sia2.
Saya jadi ingat restoran Pringsewu yang dilalui saat mudik kemarin (ceile baru pertama kali mudik aja udah bisa komentar tentang mudik hehe). Iklan alias promosinya udah berkilo-kilo meter sebelumnya.
45 KM Lagi, Restoran Pringsewu ... 10KM Lagi, Soto Buntut di Restoran Pringsewu ... 7 KM, Es Duren di Restoran Pring sewu ... sampe2 ada tulisan ANDA SUDAH TERLEWAT 200 M DARI RESTORAN PRINGSEWU !!! ... dan benar ada putaran persis di tanda iklan tersebut !.
Gimana orang gak konsern dan inget terus sama restoran yang berada di pinggir jalan besar utama pantura itu kalau terus diingatkan setiap 1 kilometer. Sayapun yang memang pemudik amatiran jadi coba2 untuk mampir walau sebenernya makanannya biasa aja bagi saya yang penggemar kuliner dan cukup mahal pula.
Begitu juga yang punya toko. Display dan penampilan toko yang eye catching juga perlu untuk mengkomunikasikan, jadi tidak hanya dengen menyebarkan brosur. Orang yang lewat butuh beberapa kali untuk akhirnya mencoba masuk dan bertransaksi.
Kata Kafi Kurnia, sang pakar marketing, bagi yang sudah menyebarkan brosur, maka penyebarannya itu perlu diulang terus sampai beberapa kali sehingga awareness orang tertangkap. Dan begitu kita tidak beriklan dari di kali kedua, maka kemungkinan besar orang tidak aware atau malah menganggap usaha tersebut sudah tidak ada.
Memang sih kita bisa menggunakan strategi getok tular yang terkesan pasif walau sebenernya bisa di buat pro aktif, tapi seperti halnya toko2 HP di Roxy atau di tanah abang yang berlomba membuat display nama yang heboh, menarik dan penuh warna serta menampilkan produknya dengan atraktif, ini juga bentuk komunikasi. Kita yang berkali-kali lewat akan penasaran dan mencoba. Terbentuklah lead.
Itulah sebabnya bagi toko garmen, manekin sangat penting. Karena bisa membuat baju lebih menarik ketimbang dengan cara digantung, bahkan sampai perlu menggunakan lampu sorot segala kearah deretan manekin atau patung tersebut. Inilah salah satu komunikasi.
Semoga bermanfaat.
-Eko June-
Hasil riset menunjukkan : bahwa rata-rata, orang baru akan mengambil tindakan setelah melihat 9x suatu informasi. Masalahnya, masih berdasarkan hasil riset, dari setiap 3x informasi, yang diperhatikan hanya 1x. Jadi kalau kita mau supaya orang bertindak, orang harus melihat komunikasi kita 3 x 9 = 27 kali. Kalau kita beriklan, kita harus beriklan 27 kali.
Hal diatas saya dapat dari suatu sumber.
Wah, klo gitu banyak juga gak frekwensi komunikasi yang perlu kita lakukan. Jadi mengomunikasikan secara terus menerus bisnis kita memang sangat diperlukan. Sebagus apapun produk dan jasa kita, sebaik apapun pelayanan kita, jika kurang mengkomunikasikan semuanya akan sia2.
Saya jadi ingat restoran Pringsewu yang dilalui saat mudik kemarin (ceile baru pertama kali mudik aja udah bisa komentar tentang mudik hehe). Iklan alias promosinya udah berkilo-kilo meter sebelumnya.
45 KM Lagi, Restoran Pringsewu ... 10KM Lagi, Soto Buntut di Restoran Pringsewu ... 7 KM, Es Duren di Restoran Pring sewu ... sampe2 ada tulisan ANDA SUDAH TERLEWAT 200 M DARI RESTORAN PRINGSEWU !!! ... dan benar ada putaran persis di tanda iklan tersebut !.
Gimana orang gak konsern dan inget terus sama restoran yang berada di pinggir jalan besar utama pantura itu kalau terus diingatkan setiap 1 kilometer. Sayapun yang memang pemudik amatiran jadi coba2 untuk mampir walau sebenernya makanannya biasa aja bagi saya yang penggemar kuliner dan cukup mahal pula.
Begitu juga yang punya toko. Display dan penampilan toko yang eye catching juga perlu untuk mengkomunikasikan, jadi tidak hanya dengen menyebarkan brosur. Orang yang lewat butuh beberapa kali untuk akhirnya mencoba masuk dan bertransaksi.
Kata Kafi Kurnia, sang pakar marketing, bagi yang sudah menyebarkan brosur, maka penyebarannya itu perlu diulang terus sampai beberapa kali sehingga awareness orang tertangkap. Dan begitu kita tidak beriklan dari di kali kedua, maka kemungkinan besar orang tidak aware atau malah menganggap usaha tersebut sudah tidak ada.
Memang sih kita bisa menggunakan strategi getok tular yang terkesan pasif walau sebenernya bisa di buat pro aktif, tapi seperti halnya toko2 HP di Roxy atau di tanah abang yang berlomba membuat display nama yang heboh, menarik dan penuh warna serta menampilkan produknya dengan atraktif, ini juga bentuk komunikasi. Kita yang berkali-kali lewat akan penasaran dan mencoba. Terbentuklah lead.
Itulah sebabnya bagi toko garmen, manekin sangat penting. Karena bisa membuat baju lebih menarik ketimbang dengan cara digantung, bahkan sampai perlu menggunakan lampu sorot segala kearah deretan manekin atau patung tersebut. Inilah salah satu komunikasi.
Semoga bermanfaat.
-Eko June-