Cermin


Assalamu'alaikum wr. wb.

Bukan karena narsis setiap ada kesempatan saya berada di depan cermin.
Bukan untuk mengagumi tubuh saya yang memang jauh dari kesan atletis.
Bukan pula untuk melihat apakah ada jerawat di wajah kasar dan cenderung hitam ini.

Saya hanya ingin melihat apakah senyum saya sudah cukup manis.
Untuk saya berikan kepada istri, anak2, tetangga, orang tua, teman dan para sahabat.
Apakah senyum itu sudah terlihat tulus mewakili hati ini.

Karena seperti halnya sebuah cermin, kita harus tersenyum agar bayangan di cermin turut tersenyum. Dan untuk itu kita harus memberikan senyum terbaik kita agar orang lain, seperti bayangan dalam cermin, memberikan senyum balik.

Maka jika kita ingin agar orang lain senyum pada kita, maka tersenyumlah lebih dulu.
Jika kita ingin agar orang berbuat baik pada kita, maka berbuat baiklah lebih dulu.
Jika kita ingin istri dan anak2 menyayangi kita, maka sayangilah mereka lebih dulu.

Berikanlah apa yang ingin kita dapat. Karena apa yang kita pikirkan, perbuat dan katakan akan selau memantul, seperti cermin. Bedanya, jikapun tidak memantul langsung dari depan, mungkin akan memantul dari arah lain.

"Kasing sayang adalah pembangun kasih sayang. Jangan pernah menuntut perhatian dan kasih sayang dari pasangan kamu, jika kamu tidak memulai dari yang kamu tuntut." Itulah sebait sms dari motivator saya.

Begitu juga ketika kita tidak ingin orang lain marah terhadap kita, maka redamlah sekirannya akan bangkit amarah dalam diri. Ketika kita tidak ingin disakiti maka jangan pernah menyakiti orang lain. Ketika kita tidak ingin diremehkan, maka jangan pernah meremehkan orang lain. Rasakan bagaimana perasaan orang lain jika kita membiarkan aliran amarah meluap, rasa sakit menerpa atau diremehkan.

Dalam bisnis, hal tersebut bisa jadi salah satu tools yang powerful. Seperti kita ketahui bahwa darah dan udaranya suatu bisnis adalah pelanggan. Untuk itu menjaga kepuasan pelanggan adalah nomor satu dan pada akhirnya dengan berusaha 'ber-empati' lah kita bisa mendengar keinginan pelanggan. Sederhananya, dengan memposisikan diri kita di cermin sebagai pelanggan, semoga kita bisa menemukan apa yang mereka lihat dalam bisnis kita, apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka tidak inginkan.

Itulah kekuatan empati. Tidak ingin menyatakan bahwa hal ini mudah tapi sangat mungkin kita latih dan pelajari.

Ah, saya harus segera menuju cermin nih.

Wassalam.

-Eko June-

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post