Sparing Partner


Assalamu'alaikum wr. wb.

Persaingan bagi sebagian orang adalah suatu hal yang memusingkan. Tak jarang apapun dilakukan untuk memenangkannya. Tak peduli apakah cara yang digunakan baik atau tidak, apakah akan malah membuat masing2 pihak yang bersaing sama2 merugi.

Sudah banyak kita lihat contoh di depan mata. Produk consumer goods yang berlomba-lomba memberikan hadiah yang harganya jauh lebih besar dari harga produknya sendiri, perbankan yang berlomba-lomba memberikan bonus dan kemudahan, perusahaan telekomunikasi yang berlomba-lomba memurahkan harga ... semua demi memenangkan persaingan.

Akhirnya munculah berbagai teori yang mencoba meng-counter sengitnya persaingan. Salah satu yang paling update dan terkenal adalah mengenai blue ocean strategy, yaitu suatu teori bagaimana kita menciptakan samudera biru dalam persaingan sengit di samudera merah yang berdarah-darah. Bagaimana kita menciptakan sesuatu yang baru, yang membuat persaingan menjadi tidak relevan lagi.

Kenyataan mengenai persaingan yang paling nyata saya alami sendiri. Mempraktekkan teori berperang ala Sun Tzu yang menyatakan 'ketahuilah musuhmu agar engkau memiliki peluang kemenangan lebih besar', maka saya, atau usaha kami, sudah memetakan peta persaingan di sekitar toko.

Untuk usaha kelas perumahan bahkan yang sedang berkembang seperti lokasi dimana toko kami berada saat ini, persaingan pasti ada. Beberapa toko baru bermunculan, beberapa menjual barang yang sejenis.

Yang kami paling perhatikan adalah sebuah toko yang letaknya persis di depan toko saya, dipisahkan oleh sebidang tanah yang membelah dua jalan utama, jaraknya kurang lebih 15-20 meter. Karena berhadap-hadapan maka kami bisa saling melihat satu sama lain. Kami bisa saling melihat barang apa yang dijual, kapan waktu sepi dan ramainya dilihat dari jumlah kendaraan yang terparkir serta pengunjung didalamnya hingga strategi promosi melalui spanduk apa yang dipasang.

Oh ya, mungkin ada yang belum tau bahwa toko kami menjual berbagai kebutuhan para ibu, tidak cukup fokus kelihatannya tapi minimal masih ada tema-nya, bukan murni model usaha palu gada (aPA LU mau/cari GuA aDA hehe). Kami menjual, berurutan secara skala banyaknya barang, adalah : baju anak/bayi-perlengkapan bayi-jilbab-baju wanita/muslimah-underwear-kaos ABG/jeans-selimut/sprei.

Sedangkan toko 'saingan' tersebut menjual aksesoris-baju/perlengkapan sekolah (ATK)-tas-sepatu-perlengkapan kado, bahkan laundry kiloan. Jadi yang agak 'cross' dengan barang dagangan toko kami adalah perlengkapan bayi sebagai penunjang perlengkapan kadonya, walau koleksi kami lebih lengkap karena menjadi 'second priority product'.

Yang membuat kami geli dan cukup menarik adalah sebuah kejadian yang cukup menyatakan bahwa toko 'saingan' tersebut seperti serius sekali menganggap kami sebagai saingannya. Padahal kami sendiri Insya Allah tidak berpikir demikian. Kami menganggap persaingan adalah sesuatu yang positif. Sangat natural, memiliki manfaat memicu kreatifitas.

Kejadian itu adalah ketika kami memutuskan untuk membeli beberapa gelintir aksesoris dan diberi display kecil. Kami mulai melihat toko 'saingan' itu seperti bereaksi. Wajar, karena aksesoris merupakan 'top priority product' bagi mereka. Toko mereka terkenal akan hal ini. Padahal tujuan kami terhadap aksesoris itu adalah sebagai hadiah alias gift bagi pelanggan setia. Jika ada pelanggan yang belanja dalam minimal tertentu maka kami akan segera mempersilahkan untuk mengambil aksesorisnya. Bahkan yang belum jadi belanja namun anaknya menangis ingin suatu aksesoris maka kami akan memberikannya. Nilainya juga sudah diperhitungkan, sehingga tidak sampai mengganggu cashflow, hanya masuk ke anggaran promosi.

Pasar kami memang perumahan yang cukup terbatas, jadi menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama adalah suatu keharusan yang mutlak. Alhamdulillah toko kami mulai dikenal sebagai toko dengan barang berkualitas (kelas mall) dengan harga terjangkau dan masih mendapat nilai tambah dengan pernak-pernik pemberian tadi, melengkapi fasilitas gratis bungkus kado.

Kembali ke persaingan. Reaksi toko 'saingan' kami itu adalah mulai melakukan langkah2 baru. Yang paling terlihat adalah perpanjangan atap, memajukan display hingga ke luar toko dan memasang spanduk besar digital printing yang berisi informasi semua produknya yang dijual. Langkah terakhir ini sebenarnya mengekor langkah kami yang sudah cukup lama yaitu mendisplay informasi barang apa yang dijual, walau lebih sederhana.

Kemudian ketika menjelang tahun baru kami memajang terompet yang sekali lagi tujuannya sama yaitu sebagai gift (bahkan terompet yang tidak habis kami bagikan gratis ke anak2 para tetangga), tak lama toko 'saingan' itu juga menjual terompet.

Kegelian lain berlanjut ketika toko kami beberapa kali kedatangan orang yang tidak membeli tapi kami kenal sebagai penjaga toko 'saingan' kami tersebut. Mungkin mencari informasi ... memata-matai, ada2 saja :). Saya sendiri mengetahui adanya modus ini(contoh di toko2 retail2 besar seperti Matahari dan Pojok Busana) dari hasil pertemuan mengenai retail di tempat pak Rosihan.

Kami tidak tahu apakah memang langkah2 mereka tersebut adalah benar2 reaksi terhadap aksi dari kami (jangan2 kami yang ke-GR-an) tapi memang timingnya responsif sekali.

Kami sendiri menganggapnya sebagai 'sparing parter', bukan untuk ikut2an apa yang dilakukan pesaing tapi justru mencari celah baru apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan jumlah pelanggan yang akan mengerek omset dan profit. Yap, sparing partner, rekan untuk berlatih.

Berlatih mengasah kreatifitas2 baru yang inovatif.
Berlatih mengasah keramahan dan pelayanan.
Berlatih mengasah intuisi mengenal pasar.
Agar kami tidak loyo, agar tidak terlena, agar terus bugar.

Kami mendoakan semua sparing parter kami bisa eksis agar kami masih bisa terus berlatih :).

Wassalam.

-Eko June-

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post