Jodoh

Assalamu'alaikum wr. wb.

Karena 'tuntutan' mengetahui tren terkini dalam hal fashion, untuk mendukung positioning toko yang 'trend-setter on fashion', kadang tanpa sengaja saya bersama istri melihat acara infotainment.

Sebenarnya gak pengen menganggap 'ada manfaat' dibalik acara itu tapi mau gak mau ada 'penambahan wawasan'. Minimal : koq gampang banget ya orang kawin-cerai ? hehe. Begitu mudahnya mereka kawin, sama mudahnya ketika mereka bercerai, dan untuk kemudian mudah lagi untuk kawin lagi. Apa karena mereka berada dalam lingkungan yang mendukung hal seperti itu ?

Hal itu membuat saya kembali kepada sebuah pikiran beberapa waktu yang lalu. Jodoh itu apa sih ? Bagaimana sebuah pasangan disebut berjodoh dan bagaimana seseorang menyebut 'calon'-nya sebagai jodohnya ? Ini juga klo gak salah jadi pertanyaan dalam sebuah film ketika seorang pemuda bertaya kepada Leonardo da Vinci. What is soulmate ?

Apakah ketika kita melihat seseorang dan merasakan sesuatu yang berbeda lantas berkata 'itu jodoh saya' ?

Apakah setelah kita berhasil berkenalan dengannya dan merasakan 'ser-ser'-an lalu berkata 'inilah jodoh saya' ?

Apakah ketika kemudian setelah kita mendeklarasikan rasa cinta dan ia menerima lantas menjadi 'pacar' ?

Atau apakah ketika kita pada akhirnya melamar dan bertunangan dengannya ?

Karena dalam urutan yang berbalik, yang pacaran bahkan bertunangan aja bisa putus di tengah jalan. Apalagi ketika baru 'nembak', berkenalan atau melihat :). Bahkan yang sudah menempuhnya selama 1 tahun atau 7 tahun (ada salah satu pasangan artis yang sudah pacaran 7 tahun akhirnya kandas, ini orang pacaran apa bikin pesawat ulang alik ya lama bangets hehe).

Atau apakah ketika kita berhasil menikah dengan pasangan kita, itulah jodoh ?

Ternyata gak semua. Bagi yang mengalami perceraian artinya jodohnya batal donk. Gak jadi jodoh :). Setelah 2 tahun menikah jodohnya cancel. Setelah 5 tahu berumah-tangga jodohnya ended.

Kemana rasa cinta yang dulu ada ? Kemama perginya chemistry yang muncul dulu ? Bahkan setelah berpisah banyak mantan pasangan yang memiliki rasa permusuhan yang dahsyat. Saling menghujat, saling menghina, saling memperkarakan.

Akhirnya dengan lancang saya menyimpulkan bahwa jodoh itu sebenarnya bukan dicari tapi ... diciptakan. Kita semua bukan mencari jodoh tapi menciptakannya.

Dalam artian yang lebih tajam, kita tidak sedang mencari kecocokan tapi berusaha terus menerus untuk menciptakan kecocokan.

Seperti dalam posting saya mengenai 'semangat' ... begitu juga cinta dan iman, adalah naik-turun adanya. Ia bersiklus sinus.

Yang hebat bukanlah yang mengatakan bahwa cintanya, semangatnya dan imannya selalu berkobar dan berada dalam rating yang paling tinggi. Tapi adalah mereka yang walau pada saat paling rendah tetap mencintai, bersemangat dan beriman.

Mangkanya gak heran para 'orang tua' kita jaman dulu rata-rata awet usis perkawinannya walau dijodohkan. Bukan karena mereka merasa sudah mendapatkan jodohnya tapi mereka bersyukur lantas berusaha menciptakan jodohnya selamanya dalam pernikahan tersebut.

Dan inilah juga yang dajarkan dalam ta'aruf.

Walau dalam hal ini saya bukan berarti menyatakan bahwa model Siti Nurbaya adalah baik atau sebaliknya model bebas mencari jodoh adalah buruk. Intinya kembali kepada menciptakan kecocokan tadi. Baik jika kita dijodohkan atau mencari jodoh sendiri, maka kemudian ciptakanlah selalu rasa berjodoh itu selamanya.

Ujungnya, saya rasa jodoh adalah kala kita berkumpul lagi dengan pasangan kita di alam sana :). Setelah menempuh upaya menciptakan kecocokan selama di dunia yang hanya sesaat saja.

Wassalam.

-Eko June-

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post