Assalamu'alaikum wb. wb.
Warning : Tulisan ini akan sangaaaaat panjaaaang. Diharapkan kesabaran dan ketabahan anda, itu juga klo mau baca hehe.
Arjuna (bukan nama sebenarnya) tersenyum puas.
Hari ini adalah hari kelulusannya dari sebuah STM di bilangan Rawamangun. Hasilnya cukup memuaskan. Yang lebih membahagiakan, ia bisa langsung bekerja karena STM-nya memang telah melakukan kerjasama dengan perusahaan2.
Program Sistem Ganda (PSG) telah ia jalani selama 8 bulan di perusahaan ini, sebuah perusahaan telekomunikasi yang baru berkembang, khusus instalasi VSAT, sebuah alat telekomunikasi berbentuk parabola yang langsung 'nyorot' ke satelit. Ia jadi teknisinya.
Ia merasa bersyukur karena ia tidak perlu menjadi seperti yang lainnya, yang baru lulus sekolah harus bingung mencari pekerjaan kemana. Tidak perlu bikin surat lamaran, wawancara, disemprot satpam, membaca tulisan 'Tidak Ada Lowongan' dan sebagainya. Memutuskan mau meneruskan kuliah atau bekerja-pun sudah menjadi kepusingan tersendiri.
Singkat kata hari2 ia lalui dengan semangat, maklum baru masuk kerja. Semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik bahkan melebihi target. Gajinya lumayan bagi 'fresh graduated' seperti dia, bahkan bisa membantu orangtua menyekolahkan kedua adiknya. Dua tahunpun berlalu.
Tapi ada sesuatu yang kurang.
Sebelum Arjuna bekerja disini, semasih di STM, ia biasa membantu bapaknya bekerja di bengkel industri milik keluarga. Sebuah bengkel yang melayani pembuatan mesin baru, modifikadi dan perbaikan bagi mesin2 pabrik.
Ya, dari garis bapaknya memang adalah garis wiraswasta. Bahkan para kakek rela meninggalkan tanah Kebumen ke Palembang hingga bapakpun lahir disana. Kakek, paman dan saudara dari garis bapak hampir semuanya memiliki bengkel. Bahkan konon katanya nenek sangat ahli dalam menggulung dinamo, walau dengan tangan telanjang dan sedikit setrum.
Memang dulu bapak pernah bekerja di sebuah perusahaan otomotif namun lalu berhenti dan membuka usaha sendiri. Padahal jabatannya sudah lumayan dan dapat inventaris mobil segala macam. Keputusan yang sempat mengguncang keluarga, terutama ibu.
Namun alhamdulillah dari keputusan itu mereka berdua bisa menunaikan ibadah haji, yang belum tentu bisa didapatkan jika masih manjadi seorang karyawan. Dari bapak-lah virus wirausaha alias entrepreneur ditularkan.
Bapaknya selalu bilang, jadi pengusaha itu enak, punya waktu luang banyak. Punya banyak uang, buktinya bisa pergi haji berdua ibumu, bisa ngasih pekerjaan ke orang, itu pakde dan pakle-mu dari desa alhamdulillah bisa kerja disini.
Setiap kali sepulang sekolah Arjuna membantu pekerjaan di bengkel. Entah itu mem-bubut, motong besi, belanja mur dan baut di Glodok atau menjadi 'debt-collector' alias penagih ke perusahaan2 klien bengkel.
Itulah yang dulu selalu ia lakukan sepulang sekolah. Itulah yang kini terasa kurang, yang ia kangeni.
Ia merasa kehilangan suara mesin bubut, ia kehilangan canda tawa dengan bapaknya tatkala di bengkel ada hal yang lucu terjadi, ia kangen dengan pekerjaannya menjadi penagih tagihan, yang bisa mengasah 'communication skill'-nya, ketemu banyak tipe orang yang berbeda, menghadapi orang marah padahal dia yang hutang.
Akhirnya Arjuna memutuskan untuk berhenti perusahaan telekomunikasi itu, bahasa kerennya re-sign.
Ia memberanikan diri memutuskan untuk berhenti dan berniat membantu Bapak di bengkelnya. Padahal dalam dua tahun itu banyak kemajuan dan perkembangan karir yang diterima, maklum perusahaan berkembang, jadi berkembang-nya perusahaan akan mengiringi kecepatan perkembangan SDM-nya. Beda dengan perusahaan yang sudah 'settle' maka karir pun akan lebih lambat.
Alhamdulillah dengan bergabungnya kembali Arjuna di bengkel, ada beberapa kemajuan yang dicapai. Ia-lah yang kelak akan meneruskan usaha keluarga ini. Ia diberi wewenang lebih pada marketing, karena itulah yang diakui bapak merupakan kelemahannya selama ini.
Namun singkat kata, kamajuan yang dinikmati itu perlahan harus mulai menurun seiring gelombang krisis pertama di Indonesia.
Harga barang modal seperti plat besi dan lain sebagainya mulai melonjak naik, bunga kredit mesin mulai naik pula dan perlahan terasa mencekik. Namun yang lebih parah sebenarnya adalah dampak bagi para klien. Mereka juga mengalami krisis. Maka dampaknya juga berimbas bagi bengkel, order mulai menghilang, kredit macet sulit di tagih. Karyawan perlahan mulai melihat gelagat dan ada yang mengundurkan diri.
Arjuna menyesal menjadi seorang pengusaha. Ia ketemu temannya di perusahaan telekomunikasi itu, sudah jadi asisten manager. Duh biyung.
To be continued ... (emang film KCB aja yang bisa hehe)
Wassalam.
-Eko June-
www.jilbab-anak.com
Warning : Tulisan ini akan sangaaaaat panjaaaang. Diharapkan kesabaran dan ketabahan anda, itu juga klo mau baca hehe.
Arjuna (bukan nama sebenarnya) tersenyum puas.
Hari ini adalah hari kelulusannya dari sebuah STM di bilangan Rawamangun. Hasilnya cukup memuaskan. Yang lebih membahagiakan, ia bisa langsung bekerja karena STM-nya memang telah melakukan kerjasama dengan perusahaan2.
Program Sistem Ganda (PSG) telah ia jalani selama 8 bulan di perusahaan ini, sebuah perusahaan telekomunikasi yang baru berkembang, khusus instalasi VSAT, sebuah alat telekomunikasi berbentuk parabola yang langsung 'nyorot' ke satelit. Ia jadi teknisinya.
Ia merasa bersyukur karena ia tidak perlu menjadi seperti yang lainnya, yang baru lulus sekolah harus bingung mencari pekerjaan kemana. Tidak perlu bikin surat lamaran, wawancara, disemprot satpam, membaca tulisan 'Tidak Ada Lowongan' dan sebagainya. Memutuskan mau meneruskan kuliah atau bekerja-pun sudah menjadi kepusingan tersendiri.
Singkat kata hari2 ia lalui dengan semangat, maklum baru masuk kerja. Semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik bahkan melebihi target. Gajinya lumayan bagi 'fresh graduated' seperti dia, bahkan bisa membantu orangtua menyekolahkan kedua adiknya. Dua tahunpun berlalu.
Tapi ada sesuatu yang kurang.
Sebelum Arjuna bekerja disini, semasih di STM, ia biasa membantu bapaknya bekerja di bengkel industri milik keluarga. Sebuah bengkel yang melayani pembuatan mesin baru, modifikadi dan perbaikan bagi mesin2 pabrik.
Ya, dari garis bapaknya memang adalah garis wiraswasta. Bahkan para kakek rela meninggalkan tanah Kebumen ke Palembang hingga bapakpun lahir disana. Kakek, paman dan saudara dari garis bapak hampir semuanya memiliki bengkel. Bahkan konon katanya nenek sangat ahli dalam menggulung dinamo, walau dengan tangan telanjang dan sedikit setrum.
Memang dulu bapak pernah bekerja di sebuah perusahaan otomotif namun lalu berhenti dan membuka usaha sendiri. Padahal jabatannya sudah lumayan dan dapat inventaris mobil segala macam. Keputusan yang sempat mengguncang keluarga, terutama ibu.
Namun alhamdulillah dari keputusan itu mereka berdua bisa menunaikan ibadah haji, yang belum tentu bisa didapatkan jika masih manjadi seorang karyawan. Dari bapak-lah virus wirausaha alias entrepreneur ditularkan.
Bapaknya selalu bilang, jadi pengusaha itu enak, punya waktu luang banyak. Punya banyak uang, buktinya bisa pergi haji berdua ibumu, bisa ngasih pekerjaan ke orang, itu pakde dan pakle-mu dari desa alhamdulillah bisa kerja disini.
Setiap kali sepulang sekolah Arjuna membantu pekerjaan di bengkel. Entah itu mem-bubut, motong besi, belanja mur dan baut di Glodok atau menjadi 'debt-collector' alias penagih ke perusahaan2 klien bengkel.
Itulah yang dulu selalu ia lakukan sepulang sekolah. Itulah yang kini terasa kurang, yang ia kangeni.
Ia merasa kehilangan suara mesin bubut, ia kehilangan canda tawa dengan bapaknya tatkala di bengkel ada hal yang lucu terjadi, ia kangen dengan pekerjaannya menjadi penagih tagihan, yang bisa mengasah 'communication skill'-nya, ketemu banyak tipe orang yang berbeda, menghadapi orang marah padahal dia yang hutang.
Akhirnya Arjuna memutuskan untuk berhenti perusahaan telekomunikasi itu, bahasa kerennya re-sign.
Ia memberanikan diri memutuskan untuk berhenti dan berniat membantu Bapak di bengkelnya. Padahal dalam dua tahun itu banyak kemajuan dan perkembangan karir yang diterima, maklum perusahaan berkembang, jadi berkembang-nya perusahaan akan mengiringi kecepatan perkembangan SDM-nya. Beda dengan perusahaan yang sudah 'settle' maka karir pun akan lebih lambat.
Alhamdulillah dengan bergabungnya kembali Arjuna di bengkel, ada beberapa kemajuan yang dicapai. Ia-lah yang kelak akan meneruskan usaha keluarga ini. Ia diberi wewenang lebih pada marketing, karena itulah yang diakui bapak merupakan kelemahannya selama ini.
Namun singkat kata, kamajuan yang dinikmati itu perlahan harus mulai menurun seiring gelombang krisis pertama di Indonesia.
Harga barang modal seperti plat besi dan lain sebagainya mulai melonjak naik, bunga kredit mesin mulai naik pula dan perlahan terasa mencekik. Namun yang lebih parah sebenarnya adalah dampak bagi para klien. Mereka juga mengalami krisis. Maka dampaknya juga berimbas bagi bengkel, order mulai menghilang, kredit macet sulit di tagih. Karyawan perlahan mulai melihat gelagat dan ada yang mengundurkan diri.
Arjuna menyesal menjadi seorang pengusaha. Ia ketemu temannya di perusahaan telekomunikasi itu, sudah jadi asisten manager. Duh biyung.
To be continued ... (emang film KCB aja yang bisa hehe)
Wassalam.
-Eko June-
www.jilbab-anak.com