Assalamu'alaikum wr. wb.
Warning : masih warning yang sama dengan kisah resign perdana :).
Arjuna bingung harus bagaimana. Selama ini ia dan bapaknya sendirian saja berjuang membesarkan bengkel. Tidak ada teman tempat curhat dan menggali pengalaman.
Sebelum masa krisis itu menjelang, ia berkenalan dengan seorang gadis. Dalam pekerjaannya menjadi 'debt-collector', mereka berkenalan dalam sebuah perjalanan. Singkat kata mereka merasakan kecocokan dan memutuskan untuk segera menikah.
Akhirnya Arjuna terpaksa harus mencari pekerjaan, karena belum tau harus memiliki usaha apa lagi. Semangat wirausaha yang dibenamkan dari para kakek dan bapak tetap ada, tetap bersinar, mencari celah untuk keluar di lain waktu.
Arjuna saat itu sedang berdiri di ujung sebuah jurang. Di depan menganga lubang hitam yang sebenarnya tidak terlalu lebar namun sangat gelap karena kedalamannya tidak diketahui, dasarnya tidak terlihat. Di depannya ada lubang kegagalan.
Arjuna putuskan untuk mundur dulu kembali. Mengambil langkah2. Mengambil ancang2. Untuk kemudian berniat akan melompati lubang itu dengan segala daya dan upaya.
Alhamdulillah ia mendapatkan pekerjaan. Rekomendasi baik dari perusahaan telekomunikasinya yang lama menariknya menjadi teknisi kembali di perusahaan telekomunikasi lainnya.
Ia pun menikah, memiliki anak dan membina keluarga yang Insya Allah samara.
Interaksinya dengan dunia internet membawanya ke berbagai informasi, termasuk mengenai kewirausahaan. Disinilah ia mengenal sebuah komunitas bisnis yang baru didirikan, Tangan Di Atas namanya. Sebelumnya Arjuna memang fans berat sebuah blog pribadi milik foundernya. Nampaknya sinar wirausaha itu segera menemukan celahnya untuk keluar.
Di sanalah Arjuna menemukan pencerahan, suatu sudut pandang baru mengenai wirausaha. Akhirnya karena pesan action oriented yang digaungkan TDA, ia memberanikan diri membuka usaha. Berawal dari modal hanya Rp. 800.000,- ia dan istri, kulakan baju muslim di pusat grosir dan menjualnya secara door to door dan dengan model kredit.
Ia telah menjelma menjadi amphibi, istilah bagi yang memiliki usaha disamping statusnya yang masih sebagai pegawai.
Adapun di komunitas TDA, mungkin karena kegetolannya beraktifitas, 'keranjingan' action oriented, maka ia didampuk mengelola berbagai hal. Maklum, karena baru berdiri dan masih sedikitnya aktifis. Arjuna pernah menjadi tim EO, Peduli, Qolbun Salim, moderator milis, mendirikan TDA Bekasi karena domisili dan kecintaannya kepada tanah kelahirannya, mengelola web pertama, menghubungi para pengusaha senior dan sebagainya.
Usahanya-pun berkembang. Dari modal awal trus berkembang hingga buka 'gerai' di ruang tamu rumah. Dan pada akhirnya alhamdulillah bisa menyewa toko, hingga hari ini. Sempat memiliki dua toko walau akhirnya kembali menjadi satu.
Seiring dengan itu, ada beberapa usaha lainnya yang dijalankan, beberapa kembali gagal namun ada juga yang berhasil. Namun sekarang kegagalan memiliki persepsi berbeda bagi Arjuna. Berkat TDA.
Ya, berkat TDA, ia melihat kegagalan sebagai sebuah ongkos belajar. Berkat TDA maka jika ia berani membuka usaha baru, maka bukan keuntungan berapa yang akan dia hitung tapi kerugian berapa yang siap ia tanggung dan terima. Berkat TDA ia memiliki teman berbagi dan mendapatkan pengalaman berharga.
Beberapa teman 'seangkatannya' di TDA mengajukan resign jika mereka masih bekerja. Arjuna turut bahagia. Ia tersenyum dan ada hasrat yang besar ingin mengikuti jejak mereka. Membayangkan memiliki freedom, tidak hanya waktu namun juga finansial.
Ketika Milad pertama berlangsung dan ada panggilan maju kedepan bagi siapa yang ingin resign, Arjuna bergegas ke arah panggung. Ingin lekas bergabung dengan sahabat2-nya disana.
Namun sebuah tangan menggenggam dan menarik lengannya. Arjuna menoleh. Ia menatap sesosok wajah. Sosok yang sangat dikenalnya. Ia-lah yang dianggap guru bagi Arjuna. Ia-lah guru bisnis dan spiritual sekaligus. Guru kedua setelah bapak tentunya. Ya, Pak Yusef Hilmy telah menahan dirinya.
'Saya bukan ingin menghalangi kamu, Arjuna. Tapi saya harap kamu maju ke depan bukan karena ikut-ikutan !' ujarnya walau dengan suara nan lembut namun sangat tegas terdengar.
Arjuna terkejut.
Ia tak menyangka gurunya akan berkata seperti itu. Bukankah ia yang selama ini menerangkan tentang pentingnya wirausaha. Ia yang dulunya adalah seorang PNS dan kini menjelma menjadi seorang pengusaha, pembicara serta motivator sukses.
Ada kesedihan menggelayut sesaat pada diri Arjuna. Setelah ia berupaya meyakinkan dirinya lalu mengatakan kepada sang guru 'Insya Allah saya tidak ikut-ikutan pak'. Ia lalu memantapkan dirinya maju kedepan bersama para sahabat lainnya.
Setelahnya baru ia menyadari mengapa sang guru melakukan itu.
To be continued ... (wah ini mah bukan kayak film KCB, lebih ke sinetron hehe)
Wassalam.
-Eko June-
www.jilbab-anak.com
Warning : masih warning yang sama dengan kisah resign perdana :).
Arjuna bingung harus bagaimana. Selama ini ia dan bapaknya sendirian saja berjuang membesarkan bengkel. Tidak ada teman tempat curhat dan menggali pengalaman.
Sebelum masa krisis itu menjelang, ia berkenalan dengan seorang gadis. Dalam pekerjaannya menjadi 'debt-collector', mereka berkenalan dalam sebuah perjalanan. Singkat kata mereka merasakan kecocokan dan memutuskan untuk segera menikah.
Akhirnya Arjuna terpaksa harus mencari pekerjaan, karena belum tau harus memiliki usaha apa lagi. Semangat wirausaha yang dibenamkan dari para kakek dan bapak tetap ada, tetap bersinar, mencari celah untuk keluar di lain waktu.
Arjuna saat itu sedang berdiri di ujung sebuah jurang. Di depan menganga lubang hitam yang sebenarnya tidak terlalu lebar namun sangat gelap karena kedalamannya tidak diketahui, dasarnya tidak terlihat. Di depannya ada lubang kegagalan.
Arjuna putuskan untuk mundur dulu kembali. Mengambil langkah2. Mengambil ancang2. Untuk kemudian berniat akan melompati lubang itu dengan segala daya dan upaya.
Alhamdulillah ia mendapatkan pekerjaan. Rekomendasi baik dari perusahaan telekomunikasinya yang lama menariknya menjadi teknisi kembali di perusahaan telekomunikasi lainnya.
Ia pun menikah, memiliki anak dan membina keluarga yang Insya Allah samara.
Interaksinya dengan dunia internet membawanya ke berbagai informasi, termasuk mengenai kewirausahaan. Disinilah ia mengenal sebuah komunitas bisnis yang baru didirikan, Tangan Di Atas namanya. Sebelumnya Arjuna memang fans berat sebuah blog pribadi milik foundernya. Nampaknya sinar wirausaha itu segera menemukan celahnya untuk keluar.
Di sanalah Arjuna menemukan pencerahan, suatu sudut pandang baru mengenai wirausaha. Akhirnya karena pesan action oriented yang digaungkan TDA, ia memberanikan diri membuka usaha. Berawal dari modal hanya Rp. 800.000,- ia dan istri, kulakan baju muslim di pusat grosir dan menjualnya secara door to door dan dengan model kredit.
Ia telah menjelma menjadi amphibi, istilah bagi yang memiliki usaha disamping statusnya yang masih sebagai pegawai.
Adapun di komunitas TDA, mungkin karena kegetolannya beraktifitas, 'keranjingan' action oriented, maka ia didampuk mengelola berbagai hal. Maklum, karena baru berdiri dan masih sedikitnya aktifis. Arjuna pernah menjadi tim EO, Peduli, Qolbun Salim, moderator milis, mendirikan TDA Bekasi karena domisili dan kecintaannya kepada tanah kelahirannya, mengelola web pertama, menghubungi para pengusaha senior dan sebagainya.
Usahanya-pun berkembang. Dari modal awal trus berkembang hingga buka 'gerai' di ruang tamu rumah. Dan pada akhirnya alhamdulillah bisa menyewa toko, hingga hari ini. Sempat memiliki dua toko walau akhirnya kembali menjadi satu.
Seiring dengan itu, ada beberapa usaha lainnya yang dijalankan, beberapa kembali gagal namun ada juga yang berhasil. Namun sekarang kegagalan memiliki persepsi berbeda bagi Arjuna. Berkat TDA.
Ya, berkat TDA, ia melihat kegagalan sebagai sebuah ongkos belajar. Berkat TDA maka jika ia berani membuka usaha baru, maka bukan keuntungan berapa yang akan dia hitung tapi kerugian berapa yang siap ia tanggung dan terima. Berkat TDA ia memiliki teman berbagi dan mendapatkan pengalaman berharga.
Beberapa teman 'seangkatannya' di TDA mengajukan resign jika mereka masih bekerja. Arjuna turut bahagia. Ia tersenyum dan ada hasrat yang besar ingin mengikuti jejak mereka. Membayangkan memiliki freedom, tidak hanya waktu namun juga finansial.
Ketika Milad pertama berlangsung dan ada panggilan maju kedepan bagi siapa yang ingin resign, Arjuna bergegas ke arah panggung. Ingin lekas bergabung dengan sahabat2-nya disana.
Namun sebuah tangan menggenggam dan menarik lengannya. Arjuna menoleh. Ia menatap sesosok wajah. Sosok yang sangat dikenalnya. Ia-lah yang dianggap guru bagi Arjuna. Ia-lah guru bisnis dan spiritual sekaligus. Guru kedua setelah bapak tentunya. Ya, Pak Yusef Hilmy telah menahan dirinya.
'Saya bukan ingin menghalangi kamu, Arjuna. Tapi saya harap kamu maju ke depan bukan karena ikut-ikutan !' ujarnya walau dengan suara nan lembut namun sangat tegas terdengar.
Arjuna terkejut.
Ia tak menyangka gurunya akan berkata seperti itu. Bukankah ia yang selama ini menerangkan tentang pentingnya wirausaha. Ia yang dulunya adalah seorang PNS dan kini menjelma menjadi seorang pengusaha, pembicara serta motivator sukses.
Ada kesedihan menggelayut sesaat pada diri Arjuna. Setelah ia berupaya meyakinkan dirinya lalu mengatakan kepada sang guru 'Insya Allah saya tidak ikut-ikutan pak'. Ia lalu memantapkan dirinya maju kedepan bersama para sahabat lainnya.
Setelahnya baru ia menyadari mengapa sang guru melakukan itu.
To be continued ... (wah ini mah bukan kayak film KCB, lebih ke sinetron hehe)
Wassalam.
-Eko June-
www.jilbab-anak.com