Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
'Adanya repeat order minimal menandakan tidak adanya masalah di produk atau jasa'.
Demikian perkaaan dari seorang teman yang sudah pengalaman di bidang bussiness development dan sering diminta memberikan pendampingan atau konsultasi membuat konsep bisnis, kini beliau mengurusi pertanyaan2 mengenai usaha di page fb 'konsultasi wirausaha'.
Sedikit banyak saya setuju dengan pendapatnya. Ketika memulai usaha maka keunggulan produk atau jasa menjadi perhatian pertama dari konsumen. Adanya repeat order artinya mereka puas dengan produk atau jasa yang kita tawarkan. Jadi mestinya jika ada hal2 lain seperti kurangnya respon maupun grafik penjualan yang menurun bukan berada pada produk atau jasanya. Walau demikian peningkatan kualitas atau inovasi jelas menjadi hal yang penting.
Susah loh membuat konsumen repeat order, bahkan lebih sulit dari mendapatkan konsumen baru. Sampai2 ada prakata 'mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan yang baru'. Tapi dari mempertahakan itulah sumber terbesar profit kita dan kadang dengan cost lebih sedikit. Ketika seorang konsumen melakukan repeat order maka ia sudah bertranformasi menjadi seorang pelanggan. Yang berlangganan, yang repeat order.
Contoh : ketika saya membeli baju batik di pasarbatik.com pertama kali, waktu itu memang berbarengan dengan timnas TDA Bekasi untuk perhelatan Milad TDA maka saya sudah menjadi konsumen. dan ketika kemarin saya beli batik lagi disana maka saya sudah menjadi pelanggan. batiknya pas di badan, ini salah satu selling point-nya karena selama ini selalu kesulitan, maklum karena overweight hehe.
Lalu bagaimana yang menyatakan 'belum tentu karena bisa jadi usaha tetap sepi alias masih masa bulan madu, bagus di awal aja'. Ini dia bedanya antara mendapatkan konsumen dan pelanggan itu. Ketika pertama kali berdiri, dengan segenap acara launching yang megah dan semarak apalagi dengan promo menarik maka kita bisa mengundang orang sebanyak mungkin dan mendapatkan penjualan yang luar biasa.
Namun lantas bagaimana selanjutnya ?. Nah, disinilah yang dalam ilmu-nya si Brad Sugar bisa dipraktikkan. Urutan dalam melakukan penjualan adalah : prospek/calon konsumen - konsumen - pelanggan. Prospek di dapat melalui mendapatkan lead sebanyak-banyaknya. Promosi di media, iklan baris, brosur dsb adalah serangkaian cara mendapatkan leads.
Lalu merubah leads itu menjadi konsumen atau menjadikan mereka melakukan transaksi. Istilah lainnya adalah convertion rate, seberapa besar prosentase kita berhasil merubah leads menjadi pembeli. Memberikan garansi, packaging yang menarik, adanya penawaran dalam bentuk paket , kemudahan pembayaran dsb adalah beberapa cara. Intinya bagaimana orang yang datang ke toko kita baik offline maupun online akhirnya membeli bahkan bagaimana yang tadinya gak ada niat beli jadi beli hehe.
Kemudian sekarang menjadikan konsumen yang sudah beli tadi balik lagi, semoga bukan komplain tapi karena puas sama produk dan jasa kita, syukur2 baliknya bawa temen atau merekomendasikan usaha kita. Seperti diulas di awal tentu produk atau jasa berikut pelayanan dsb mesti prima dan mampu memberikan kesan pertama yang menggairahkan, halah jadi lebay hehe. Hal2 tersebut cenderung bersifat pasif artinya kita pasrah apakah mereka akan balik lagi atau tidak.
Selain itu cara lainnya yang sifatnya lebih aktif atau memang kita rencanakan untuk lebih banyak mendapatkan pelanggan atau konsumen yang repeat order. Membuat sistem membership, melayani tukar-tambah, katalog adalah beberapa cara. Namun yang paling powerful dari itu semua adalah relationship. Hubungan dengan para konsumen yang telah menggunakan produk atau jasa kita yang mesti dijaga.
Dan menjaga hubungan itu bisa dilakukan hanya jika kita melakukan pencatatan atau memiliki database mereka. Seperti sebuah supermarket yang secara rutin memberikan katalog produk kepada para mitra-nya. Atau suatu produk susu yang melakukan telemarketing menanyakan kabar anak kita. Atau sebuah penyewaan VCD yang menginformasikan info film terbaru yang dimiliki.
Dengan cara2 tersebut maka tujuannya :
1. pelanggan merasa diperhatikan
2. pelanggan mengetahui info terbaru dan kita bisa menawarkan produk/jasa terbaru
3. kita bisa mengetahui alasan jika ternyata konsumen tidak kembali membeli produk atau jasa kita, untuk evaluasi
So, keep information about our customer. Hanya dengan adanya catatan dan database itulah kita bisa ber-kreasi dalam menciptakan strategi aktif repeat order.
Seperti halnya setiap tulisan, tulisan ini juga menjadi otokritik bagi penulisnya sendiri karena masih sering tercecer dan keteter masalah database pelanggan hehe. Rapi2 ah ....
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
-Eko June-
'Adanya repeat order minimal menandakan tidak adanya masalah di produk atau jasa'.
Demikian perkaaan dari seorang teman yang sudah pengalaman di bidang bussiness development dan sering diminta memberikan pendampingan atau konsultasi membuat konsep bisnis, kini beliau mengurusi pertanyaan2 mengenai usaha di page fb 'konsultasi wirausaha'.
Sedikit banyak saya setuju dengan pendapatnya. Ketika memulai usaha maka keunggulan produk atau jasa menjadi perhatian pertama dari konsumen. Adanya repeat order artinya mereka puas dengan produk atau jasa yang kita tawarkan. Jadi mestinya jika ada hal2 lain seperti kurangnya respon maupun grafik penjualan yang menurun bukan berada pada produk atau jasanya. Walau demikian peningkatan kualitas atau inovasi jelas menjadi hal yang penting.
Susah loh membuat konsumen repeat order, bahkan lebih sulit dari mendapatkan konsumen baru. Sampai2 ada prakata 'mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan yang baru'. Tapi dari mempertahakan itulah sumber terbesar profit kita dan kadang dengan cost lebih sedikit. Ketika seorang konsumen melakukan repeat order maka ia sudah bertranformasi menjadi seorang pelanggan. Yang berlangganan, yang repeat order.
Contoh : ketika saya membeli baju batik di pasarbatik.com pertama kali, waktu itu memang berbarengan dengan timnas TDA Bekasi untuk perhelatan Milad TDA maka saya sudah menjadi konsumen. dan ketika kemarin saya beli batik lagi disana maka saya sudah menjadi pelanggan. batiknya pas di badan, ini salah satu selling point-nya karena selama ini selalu kesulitan, maklum karena overweight hehe.
Lalu bagaimana yang menyatakan 'belum tentu karena bisa jadi usaha tetap sepi alias masih masa bulan madu, bagus di awal aja'. Ini dia bedanya antara mendapatkan konsumen dan pelanggan itu. Ketika pertama kali berdiri, dengan segenap acara launching yang megah dan semarak apalagi dengan promo menarik maka kita bisa mengundang orang sebanyak mungkin dan mendapatkan penjualan yang luar biasa.
Namun lantas bagaimana selanjutnya ?. Nah, disinilah yang dalam ilmu-nya si Brad Sugar bisa dipraktikkan. Urutan dalam melakukan penjualan adalah : prospek/calon konsumen - konsumen - pelanggan. Prospek di dapat melalui mendapatkan lead sebanyak-banyaknya. Promosi di media, iklan baris, brosur dsb adalah serangkaian cara mendapatkan leads.
Lalu merubah leads itu menjadi konsumen atau menjadikan mereka melakukan transaksi. Istilah lainnya adalah convertion rate, seberapa besar prosentase kita berhasil merubah leads menjadi pembeli. Memberikan garansi, packaging yang menarik, adanya penawaran dalam bentuk paket , kemudahan pembayaran dsb adalah beberapa cara. Intinya bagaimana orang yang datang ke toko kita baik offline maupun online akhirnya membeli bahkan bagaimana yang tadinya gak ada niat beli jadi beli hehe.
Kemudian sekarang menjadikan konsumen yang sudah beli tadi balik lagi, semoga bukan komplain tapi karena puas sama produk dan jasa kita, syukur2 baliknya bawa temen atau merekomendasikan usaha kita. Seperti diulas di awal tentu produk atau jasa berikut pelayanan dsb mesti prima dan mampu memberikan kesan pertama yang menggairahkan, halah jadi lebay hehe. Hal2 tersebut cenderung bersifat pasif artinya kita pasrah apakah mereka akan balik lagi atau tidak.
Selain itu cara lainnya yang sifatnya lebih aktif atau memang kita rencanakan untuk lebih banyak mendapatkan pelanggan atau konsumen yang repeat order. Membuat sistem membership, melayani tukar-tambah, katalog adalah beberapa cara. Namun yang paling powerful dari itu semua adalah relationship. Hubungan dengan para konsumen yang telah menggunakan produk atau jasa kita yang mesti dijaga.
Dan menjaga hubungan itu bisa dilakukan hanya jika kita melakukan pencatatan atau memiliki database mereka. Seperti sebuah supermarket yang secara rutin memberikan katalog produk kepada para mitra-nya. Atau suatu produk susu yang melakukan telemarketing menanyakan kabar anak kita. Atau sebuah penyewaan VCD yang menginformasikan info film terbaru yang dimiliki.
Dengan cara2 tersebut maka tujuannya :
1. pelanggan merasa diperhatikan
2. pelanggan mengetahui info terbaru dan kita bisa menawarkan produk/jasa terbaru
3. kita bisa mengetahui alasan jika ternyata konsumen tidak kembali membeli produk atau jasa kita, untuk evaluasi
So, keep information about our customer. Hanya dengan adanya catatan dan database itulah kita bisa ber-kreasi dalam menciptakan strategi aktif repeat order.
Seperti halnya setiap tulisan, tulisan ini juga menjadi otokritik bagi penulisnya sendiri karena masih sering tercecer dan keteter masalah database pelanggan hehe. Rapi2 ah ....
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
-Eko June-
Tags:
WiRABUsaha