Assalamu'alaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Gak salah tuh tulisannya ? bukankah yang bener adalah Walk The Talk alias menjalankan apa yang selalu dikatakan ?. Yup gak salah, karena saya suka menulis, yang mewakili perkataan maka disebutnya Talk The Walk alias mengatakan apa yang sudah dijalankan. Maksudnya sih sebenernya sama aja :).
Salah satu dari sekian banyak tujuan menulis adalah sebagai bahan napak tilas kehidupan, rekam jejak apa yang sudah kita lakukan dalam kehidupan ini. Saya sering melihat tulisan2 terdahulu seperti ketika baru mau memulai usaha. Suka tertawa sendiri ketika saat itu menulis tentang paniknya menunggu toko sendirian tatkala istri atau penjaga toko sedang berhalangan. Atau ketika deg2-an ketika mau menghadap calon supplier untuk minta keringanan pembayaran barang.
Pernah menulis sebuah status :
bisa sharing tentang usaha kuliner setelah 3 tahun menjalani, bisa sharing tentang rumah tangga setelah 10 tahun menikah atau tentang anak karena sudah digandolin 3 buntut, tapi maaf belum bisa sharing tentang diet yang cepat karena belum berhasil juga ! hehe. i'm talk the walk.
Pengalaman adalah guru terbaik. Jelas. Tapi memang gak harus pengalaman sendiri. Tentu kita bisa belajar dari pengalaman orang lain atau ilmu pengetahuan baik lewat perbincangan, buku maupun media lainnya. Kita gak harus nenggak bir untuk mencaritahu apakah itu benar memabukkan atau cabe untuk membuktikan itu pedas. Namun memang pengalaman sendiri jelas lebih membekas dan bahkan bisa memutar balikkan kehidupan.
Seorang teman bisa lebih mudah memberikan motivasi kepada anak jalanan karena walau sekarang sudah menjadi pengusaha sukses namun dulunya juga pernah mengalami sebagai orang jalanan. Ngamen atau kehidupan yang keras sudah pernah dialaminya. Jadi anak2 jalanan itu gak bisa protes 'siapa lu ngajar2-in gue, emang lu tau rasanya ?!'. Apa yang dikatakanya bisa lebih masuk dan diterima oleh mereka.
Pak Rawi talk the walk ketika ia bicara tentang kesulitan hidup sewaktu memulai usaha dulu atau pak Mualib yang sampai harus super hemat demi mengembangkan usahanya. Pak Eko SHP yang talk the walk dalam menjalin silahturahim ke berbagai daerah dan sering menjadi corong promosi teman2. Mas Irfan yang talk the walk tentang SEO-nya atau mas Kika tentang desainnya, dan jawara2 talk the walk lainnya.
Mereka menuliskan apa yang memang sudah mereka lakukan.
Namun bisa juga karena ada ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang walau kita belum menjalaninya namun minimal kita sependapat atau setuju dengannya. Biasanya berisi artikel atau bahan seminar dsb. Seperti sharing dan menulis tentang global warming padahal belum banyak yang kita lakukan untuk mencegahnya tapi kita memang setuju tentang pentingnya menjaga kehidupan untuk anak-cucu kita.
Atau bisa jadi karena itulah sifat dan karakter kita yang secara general adalah sama. Maksudnya saya adalah orang yang bersumbu panjang alias tidak mudah tersulut untuk marah. Lebih baik menggunakan cara2 yang sopan atau kritiknya halus. Bahkan saking general karakter tersebut sampai2 suka dipaksa orang untuk marah haha. Klo dijalan kadang teman semobil ketika melihat motor yang menyalip nyaris nabrak sering spontan berucap 'klakson donk' atau 'marahin napa'. Hehe, lucu ya, marah pake disuruh.
Atau karakter2 lain yang memang udah dari sononya begitu, seperti blak2-an, klo ngomong kayak orang teriak, selalu nyelekit klo berkomentar atau sebaliknya emang dari sononya juga selalu adem, gak mau meladeni benturan dsb. They're build up like that.
Jadi adalah aneh ketika tulisan2 saya pernah disinggung selalu menggunakan bahasa yang manis untuk menyembunyikan sesuatu. Padahal emang dari sononya begitu, ceile. Selalu berupaya positif baik dalam pikiran, perbuatan bahkan tulisan, dan terbuka, Insya Allah. Yang lebih aneh kan jika ada yang menulis tentang hal positif tapi sebelumnya ucapannya selalu beraura dan bernuansa negatif terhadap orang lain atau keadaan.
Intinya mah ... piss men ! :). Are you talk the walk ? me ? not all hehehe.
Wassalamu'alaikum warahmatulahi wabarakatuh.
-Eko June-
Gak salah tuh tulisannya ? bukankah yang bener adalah Walk The Talk alias menjalankan apa yang selalu dikatakan ?. Yup gak salah, karena saya suka menulis, yang mewakili perkataan maka disebutnya Talk The Walk alias mengatakan apa yang sudah dijalankan. Maksudnya sih sebenernya sama aja :).
Salah satu dari sekian banyak tujuan menulis adalah sebagai bahan napak tilas kehidupan, rekam jejak apa yang sudah kita lakukan dalam kehidupan ini. Saya sering melihat tulisan2 terdahulu seperti ketika baru mau memulai usaha. Suka tertawa sendiri ketika saat itu menulis tentang paniknya menunggu toko sendirian tatkala istri atau penjaga toko sedang berhalangan. Atau ketika deg2-an ketika mau menghadap calon supplier untuk minta keringanan pembayaran barang.
Pernah menulis sebuah status :
bisa sharing tentang usaha kuliner setelah 3 tahun menjalani, bisa sharing tentang rumah tangga setelah 10 tahun menikah atau tentang anak karena sudah digandolin 3 buntut, tapi maaf belum bisa sharing tentang diet yang cepat karena belum berhasil juga ! hehe. i'm talk the walk.
Pengalaman adalah guru terbaik. Jelas. Tapi memang gak harus pengalaman sendiri. Tentu kita bisa belajar dari pengalaman orang lain atau ilmu pengetahuan baik lewat perbincangan, buku maupun media lainnya. Kita gak harus nenggak bir untuk mencaritahu apakah itu benar memabukkan atau cabe untuk membuktikan itu pedas. Namun memang pengalaman sendiri jelas lebih membekas dan bahkan bisa memutar balikkan kehidupan.
Seorang teman bisa lebih mudah memberikan motivasi kepada anak jalanan karena walau sekarang sudah menjadi pengusaha sukses namun dulunya juga pernah mengalami sebagai orang jalanan. Ngamen atau kehidupan yang keras sudah pernah dialaminya. Jadi anak2 jalanan itu gak bisa protes 'siapa lu ngajar2-in gue, emang lu tau rasanya ?!'. Apa yang dikatakanya bisa lebih masuk dan diterima oleh mereka.
Pak Rawi talk the walk ketika ia bicara tentang kesulitan hidup sewaktu memulai usaha dulu atau pak Mualib yang sampai harus super hemat demi mengembangkan usahanya. Pak Eko SHP yang talk the walk dalam menjalin silahturahim ke berbagai daerah dan sering menjadi corong promosi teman2. Mas Irfan yang talk the walk tentang SEO-nya atau mas Kika tentang desainnya, dan jawara2 talk the walk lainnya.
Mereka menuliskan apa yang memang sudah mereka lakukan.
Namun bisa juga karena ada ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang walau kita belum menjalaninya namun minimal kita sependapat atau setuju dengannya. Biasanya berisi artikel atau bahan seminar dsb. Seperti sharing dan menulis tentang global warming padahal belum banyak yang kita lakukan untuk mencegahnya tapi kita memang setuju tentang pentingnya menjaga kehidupan untuk anak-cucu kita.
Atau bisa jadi karena itulah sifat dan karakter kita yang secara general adalah sama. Maksudnya saya adalah orang yang bersumbu panjang alias tidak mudah tersulut untuk marah. Lebih baik menggunakan cara2 yang sopan atau kritiknya halus. Bahkan saking general karakter tersebut sampai2 suka dipaksa orang untuk marah haha. Klo dijalan kadang teman semobil ketika melihat motor yang menyalip nyaris nabrak sering spontan berucap 'klakson donk' atau 'marahin napa'. Hehe, lucu ya, marah pake disuruh.
Atau karakter2 lain yang memang udah dari sononya begitu, seperti blak2-an, klo ngomong kayak orang teriak, selalu nyelekit klo berkomentar atau sebaliknya emang dari sononya juga selalu adem, gak mau meladeni benturan dsb. They're build up like that.
Jadi adalah aneh ketika tulisan2 saya pernah disinggung selalu menggunakan bahasa yang manis untuk menyembunyikan sesuatu. Padahal emang dari sononya begitu, ceile. Selalu berupaya positif baik dalam pikiran, perbuatan bahkan tulisan, dan terbuka, Insya Allah. Yang lebih aneh kan jika ada yang menulis tentang hal positif tapi sebelumnya ucapannya selalu beraura dan bernuansa negatif terhadap orang lain atau keadaan.
Intinya mah ... piss men ! :). Are you talk the walk ? me ? not all hehehe.
Wassalamu'alaikum warahmatulahi wabarakatuh.
-Eko June-