Soul

Assalamu'alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Alhamdulillah saya diberi ijin oleh Allah SWT kekuatan untuk menulis kisah kasih dari masalah yang sedang dihadapi oleh seorang sahabat terhadap gerai kuliner yang dimilikinya, tentu juga sudah seijin dia :).

Pernahkah anda melihat toko di Mangga Dua atau pusat perbelanjaan lain yang beberapa masih dijaga sepertinya oleh yang punya ?. Saya pernah menemui beberapa toko seperti toko grosir perlengkapan bayi langganan bagi toko saya yang masih dijaga oleh seorang ngkoh kakek2 yang menerima uang dari penjaga toko atau memberikan kembaliannya.

Atau ketika beli baju anak di sebuah toko di Tanah Abang yang masih dijaga oleh pemiliknya selain para pegawai yang terhitung sudah cukup banyak. Apakah mereka gak ada kerjaan masih ngurus tokonya, padahal usianya sudah lanjut ?. Apakah mereka tidak percaya dengan anak buahnya, takut dicurangi ?. Atau ada faktor lain.

Saya menangkapnya ada dua hal :
1. mereka menjaga stamina otak dan pikiran mereka
2. mereka ingin menjaga agar 'soul' mereka tetap ada disana

Untuk poin nomer satu sudah sama2 kita maklumi bahwa para pengusaha Tionghoa sangat menjaga stamina otak dan pikiran mereka walau sudah berusia lanjut. Coba kunjungi Monas dipagi hari maka akan banyak para lansia mereka yang berolah raga seperti Taichi atau meditasi atau sekedar bercengkrama dengan kolega mereka. Dalam kesempatan ke Cina beberapa waktu yang lalu, di taman kota mereka selain berolah raga juga maen catur atau permainan lainnya. Sementara sebagian dari kita lebih enak di kursi goyang :).

Dengan menjaga toko mereka maka mereka tetap bisa mempertahankan stamina otak dan pikiran mereka agar tetap bekerja dan terasah. Sepeti pisau agar tidak berkarat dan tumpul.

Namun yang paling besar adalah tujuan mereka tetap ada disana adalah ingin agar 'soul' mereka tetap hadir. Entah bagaimana penjelasannya mengenai soul ini memang benar adanya. Saya sendiri mengalaminya. Istri cerita bahwa ketika ia yang jaga katakan omset toko xxx rupiah tapi begitu hanya dijaga oleh pegawai maka omset toko melorot drastis bahkan bisa terjadi 'no sale'.

Bagaimana penjelasannya ?. Logikanya bisa saja pelayanan yang diberikan memang jelas berbeda antara penjaga dan ownernya. Sense of belonging dan kemampuan menjualnya akan tampak beda. Karena seringkali pelanggan hanya mau dilayani oleh dan jika ada pemiliknya. Atau jangan2 penjaga toko kita yang jutek abis sehingga pelanggan enggan berbelanja.

Atau bisa jadi pegawai melakukan pengurangan takaran adonan dari usaha kuliner kita yang walau sedikit tapi berpengaruh terhadap kualitasnya sehingga pelanggan menjadi enggan kembali lagi.

Tapi tetap saja di luar logika ada sesuatu yang berbeda jika ada pemiliknya disana, seperti ada energi yang membangkitkan semangat di dalam toko atau usaha jika pemiliknya hadir disana. Kita bisa menularkan semangat dan motivasi kita kepada penjaga.

Bayangkan jika kita, seperti yang dilakukan beberapa teman, pada pagi hari ketika toko mau buka melakukan doa bersama, mengharap adanya rezeki hari ini, agar bisa memberikan manfaat kepada keluarga dan orang lain dan tak lupa bersyukut atas apa yang sudah didapat selama ini. Pegawai atau penjaga toko kita akan termotivasi dan kita berhasil menularkan semangat dan menitipkan 'soul' kita disana.

Lalu apakah mesti kita sebagai owner nongkrongin toko atau usaha tersebut ?. Terus gimana dong konsep delegasi yang baik atau idiom 'bisnis jalan pemilik jalan2' ?.

Bisa saja, karena bukan berarti kita nongkrongin usaha tersebut saban menit atau hari. Disinlah tujuan dari controlling usaha. Kita tetap perlu menyambangi usaha kita tersebut secara periodik selain sebagai proses kontrol juga memberikan atau menularkan semangat atau jiwa kita kesana.

Itulah juga sebabnya banyak usaha, beberapa berjenis waralaba, yang setelah dijalankan ternyata kita bertindak dan berlaku hanya sebagai owner atau investor. Pengennya semua berjalan dengan mulus sejak mulai bergerak, walau tanpa kehadiran kita.

Menurut saya, suatu usaha, terlebih waralaba, lebih baik jika kita berperan sebagai owner-operator. Yaitu selain sebagai owner kita juga harus mampu dan memahami operasional usaha tersebut. Tujuannya selain adanya 'soul' dari pemilik juga menghindari ditipu oleh pegawai karena kita mampu selalu melakukan kontrol dan mengetahui juga seluk beluk operasional usaha tersebut.

Seperti halnya keluarga atau barang kesayangan kita, maka usaha juga perlu dirawat dan diperhatikan. Dengan begitu mereka akan balik merawat dan memperhatikan kita, dengan memberikan profit dan kesuksesan hehe.

Hanya sekedar sebuah pemikiran yang belum tentu benar adanya, mohon maaf jika ada kekuarangan.

Wassalamu'alaikum waramatullahi wabarrakatuh

-Eko June-
Chief Distribution Officer
085716006676 | YM : eko_juna | ekojune.com

onthespotcoffee.com | agencireng.com | jilbabbalita.com

facebook/twitter : ekojune

anda tidak perlu hebat untuk memulai
tapi anda harus memulai untuk menjadi hebat

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post