Beda Dong

Waktu sudah menunjukkan pukul 24.00

Jam segini waktu dulu masih jadi bangsawan alisan bangsa karyawan adalah waktu mengerjakan hal ihwal bisnis. Ya ngutak-atik web, balas email, kirim proposal, kadang2 chating sama prospek. Maklum, di kantor paling bisa gunakan waktu pagi sebelum jam kantor, siang ketika istirahat atau sore selepas jam kantor sambil nunggu tumpangan dari teman. Menjaga jangan sampai dianggap korupsi waktu jika melakukan kegiatan bisnis pada saat jam kantor. Paling lega pas weekend, itupun masih harus berbagi waktu dengan keluarga.

Sepulang dari kantor tentu kudu bercanda dengan anak2, ibunya maleman dikit hehe. Lepas jam 10-11 baru deh ngurusin bisnis, bisa sampe jam 2. Koq jadi curhat gini ya hehehe. Bangun subuh ya tetep, karena alarm body nya udah fix, kesiangan dikit terasa 'kemrungsung' bahasa Jerman nya. Nasib kaum ampibi yang harus bisa memanage waktu dengan baik sehingga semua hak dan kewajiban terpenuhi.

Tema ini muncul dilatarbelakangi kunjungan ke tempat usaha seorang sahabat yang seorang bos distro. Sungguh luar biasa melihat order masuk yang terpampang di white board dinding kantornya. Kemajuannya terlihat selain dari jumlah order yang semakin bertambah banyak, penambahan mesin jahit, renovasi kantor yang diperluas dsb.

Iseng saya tanya 'hebat loe yak, makin hari makin oke keliatannya. itu pesaing dan yang lain yang kurang lebih punya usaha yang sama bagaimana kondisinya ? apakah emang lagi tren ya usaha kayak gini ?'. Jawaban yang dilontarkan dengan spontan 'ya beda lah, gue kan full jalanin bisnis, sedangkan yang lain mungkin sambil disambi, klo kondisi hasilnya sama berarti gue nya yang bego dong'.

Hahaha, bener juga nih omongannya. Sebuah pukulan juga untuk saya pribadi, mak jleb. 100% effort mestinya juga memberikan 100% result, beda dengan yang hanya berikan 30% effort.

Terkadang yang membedakan kesuksesan seseorang, selain spiritualitasnya, juga adalah mind set entrepreneurnya. Bisa jadi yang sudah resign atau full menjalankan bisnis kalah dengan yang masih disambi sebagai seorang karyawan, karena merasa lebih punya kebebasan waktu, tapi alih2 menggunakan keunggulan itu dengan efektif dan efisien malah gak terarah. Seharusnya bisa lebih leluasa mencari supplier terbaik, juga bertemu dengan siapa aja entah itu klien, prospek, partner. Kapan aja, dimana aja. Beda dengan si ampibi yang dengan segala keterbatasannya termasuk waktu tapi mampu mendelegasikan tugas2 dalam bisnisnya dengan baik sehingga didapat hasil yang optimal.

Dalam bahasa kerennya, seorang profesional atau karyawan yang nyambi punya usaha harus memiliki sifat intrapreneur, punya jiwa dan mind set wirausaha yang baik. Agar usaha sampingannya bisa berjalan dengan baik dan sukses. Sedangkan yang sudah full usaha tentu karena kondisinya sudah dalam kolam entrepreneur maka mind set dan jiwa wirausaha harus lebih luas dan dalam.

Jadi memang mind set yang jadi faktor suksesnya suatu usaha dan seorang pengusaha, tentu tetap atas ijin-Nya.

Atas obrolan dan pukulan telak dari sahabat itu memicu saya pribadi dan semoga teman2 lain yang memiliki kondisi yang sama baik yang statusnya bangsawan atau ampibi untuk lebih maksimal dalam ikhtiar. Kalau sampai yang sudah berstatus penuh wirausaha hasilnya belum begitu baik, terutama dibandingkan yang berstatus ampibi jika ternyata lebih baik, berarti ada sesuatu yang salah. Dan harus kembali bekerja lebih giat, perbanyak action, tidak tidur cepat, bangun tetap lebih pagi, jaga ibadah. Hyuk mareee.

Wassalam.

@ekojune

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post