Seringkali dalam menjalankan usaha yang dikatakan faktor paling penting adalah modal. Dan beberapa teman sudah paham bahwa yang paling penting itu adalah kemauan. Ada lagi yang bilang bakat. Lalu yang lain kasih masukan networking atau jaringan. Yang merasa agamanya agak tebal mengingatkan tentang pentingnya faktor kehadiran Allah SWT seakan mau bilang bahwa kita kurang ibadah dan harus lebih ditingkatkan. Ya gak salah, namanya juga saling mengingatkan.
Menurut saya semua penting tapi bukan yang terpenting. Karena memang gak ada yang terpenting, pokoknya semua penting. Loh ? :). Ya, memang demikian adanya. Tapi ada satu lagi tambahan jikalau ada yang lupa, adalah pentingnya faktor ilmu. Baik modal dan kemauan saja tidak akan cukup tanpa hadirnya ilmu. Bisa2 salah jalan, salah pilih, salah manajemen tanpa bermaksud menepis adanya resiko dalam setiap usaha.
Yang ingin saya sorot sebenarnya adalah seringnya kita khilaf alias lupa, termasuk saya, akan sebuah doa tentang ilmu, sebagai salah satu bentuk ikhtiar dan curhat kita sama Allah. Doa yang dulu ketika kita kecil berulang kali diajarkan dan berulang kali diucapkan karena status kita yang masih jadi PELAJAR. Sejak TK, SD, SMA bahkan di perguruan tinggi. Begitu kita dewasa, bekerja atau memiliki usaha, klo saya tanya teman2 banyak yang tidak pernah memanjatkan doa ini. Padahal kita juga meneruskan mengajarkan doa ini pada anak2 kita sekarang :).
Robbi Zidni Ilma, Warzuqni Fahma. Ya Allah tambahilah aku ilmu, dan berilah aku kefahaman.
Apa karena kita sudah merasa dewasa dan berhenti menjadi pelajar sehingga tidak memerlukan doa ini ya ?. Karena sudah S1 bahkan S2 sehingga merasa sudah memiliki semua ilmu yang dibutuhkan ?. Beneran kadang saya juga lupa panjatkan doa ini sehabis sholat. Yang paling sering minta ampunan, minta rejeki, minta anak sholeh dan minta keluarga sakinah warrahmah mawaddah hehehe.
Padahal ilmu lah yang membuat kita mampu hidup, beradaptasi, bergaul, berkeluarga dsb. Padahal kita dituntut untuk selalu menuntut ilmu ke negeri Cina, hingga liang lahat. Padahal orang berilmu lah yang diangkat derajatnya lebih tinggi oleh Allah SWT. Ah khilaf beneran yeuh.
Sudah begitu banyak kejadian kita sudah banyak ilmu tapi malah bingung. Ikut banyak seminar tapi malah gak ngerti harus ngapain. Baca banyak buku tapi malah gak mulai2 aksi. Nimbrung berguru dan berburu mentor tapi malah lieur karena ilmnya beda2, macem2 malah kadang saling bentrok hahaha. Inilah yang pada akhirnya disebut sebagai ilusi ilmu, pinjam istilah pak Rosihan, yaitu merasa sudah berilmu tapi sebenarnya mentah atau masih bingung dalam penerapannya alias gak jalan2 actionnya.
Nah oleh karena itu harus lengkap tuh spertinya dengan Warzuqni Fahma. Mohon agar diberi pemahaman. Biar ngerti bin ngertos. Tau hikmahnya dari sekian ilmu yang didapat. Bisa ambil kesimpulan sederhana dari banyak ilmu yang ngejelimet. Mampu menerapkan dengan baik dalam bentuk action nyata.
'Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dalam usaha yang sedang dijalani ini, tunjukanlah jalan, berikanlah pemahaman atas segala hal baik yang sudah, sedang dan akan kujalani, kuatkan serta berikan kesabaran dan ketabahan dalan menjalaninya, kumohon kemanfaatan, keberkahan dan ridho-Mu. Amin ya Rabb'.
Mohon maaf jika kurang berkenan, tulisan dadakan menjelang tidur
Menurut saya semua penting tapi bukan yang terpenting. Karena memang gak ada yang terpenting, pokoknya semua penting. Loh ? :). Ya, memang demikian adanya. Tapi ada satu lagi tambahan jikalau ada yang lupa, adalah pentingnya faktor ilmu. Baik modal dan kemauan saja tidak akan cukup tanpa hadirnya ilmu. Bisa2 salah jalan, salah pilih, salah manajemen tanpa bermaksud menepis adanya resiko dalam setiap usaha.
Yang ingin saya sorot sebenarnya adalah seringnya kita khilaf alias lupa, termasuk saya, akan sebuah doa tentang ilmu, sebagai salah satu bentuk ikhtiar dan curhat kita sama Allah. Doa yang dulu ketika kita kecil berulang kali diajarkan dan berulang kali diucapkan karena status kita yang masih jadi PELAJAR. Sejak TK, SD, SMA bahkan di perguruan tinggi. Begitu kita dewasa, bekerja atau memiliki usaha, klo saya tanya teman2 banyak yang tidak pernah memanjatkan doa ini. Padahal kita juga meneruskan mengajarkan doa ini pada anak2 kita sekarang :).
Robbi Zidni Ilma, Warzuqni Fahma. Ya Allah tambahilah aku ilmu, dan berilah aku kefahaman.
Apa karena kita sudah merasa dewasa dan berhenti menjadi pelajar sehingga tidak memerlukan doa ini ya ?. Karena sudah S1 bahkan S2 sehingga merasa sudah memiliki semua ilmu yang dibutuhkan ?. Beneran kadang saya juga lupa panjatkan doa ini sehabis sholat. Yang paling sering minta ampunan, minta rejeki, minta anak sholeh dan minta keluarga sakinah warrahmah mawaddah hehehe.
Padahal ilmu lah yang membuat kita mampu hidup, beradaptasi, bergaul, berkeluarga dsb. Padahal kita dituntut untuk selalu menuntut ilmu ke negeri Cina, hingga liang lahat. Padahal orang berilmu lah yang diangkat derajatnya lebih tinggi oleh Allah SWT. Ah khilaf beneran yeuh.
Sudah begitu banyak kejadian kita sudah banyak ilmu tapi malah bingung. Ikut banyak seminar tapi malah gak ngerti harus ngapain. Baca banyak buku tapi malah gak mulai2 aksi. Nimbrung berguru dan berburu mentor tapi malah lieur karena ilmnya beda2, macem2 malah kadang saling bentrok hahaha. Inilah yang pada akhirnya disebut sebagai ilusi ilmu, pinjam istilah pak Rosihan, yaitu merasa sudah berilmu tapi sebenarnya mentah atau masih bingung dalam penerapannya alias gak jalan2 actionnya.
Nah oleh karena itu harus lengkap tuh spertinya dengan Warzuqni Fahma. Mohon agar diberi pemahaman. Biar ngerti bin ngertos. Tau hikmahnya dari sekian ilmu yang didapat. Bisa ambil kesimpulan sederhana dari banyak ilmu yang ngejelimet. Mampu menerapkan dengan baik dalam bentuk action nyata.
'Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dalam usaha yang sedang dijalani ini, tunjukanlah jalan, berikanlah pemahaman atas segala hal baik yang sudah, sedang dan akan kujalani, kuatkan serta berikan kesabaran dan ketabahan dalan menjalaninya, kumohon kemanfaatan, keberkahan dan ridho-Mu. Amin ya Rabb'.
Mohon maaf jika kurang berkenan, tulisan dadakan menjelang tidur