Masalah vs Gejala

Apa yang dimaksud dengan Design Thinking yaitu suatu proses kreatif mengembangkan sesuatu yang inovatif. Proses tersebut adalah Understand, Observe, Define, Ideate, Prototype dan Test. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa suatu inovasi memang dibutuhkan oleh pasar, bernilai ekonomis tinggi dan aplikatif.

Kesimpulan yang didapat dari sekian banyak definisi inovasi adalah bahwa Inovasi adalah Solusi. Maksudnya suatu inovasi dimunculkan demi dan untuk tujuannya memberikan solusi. Inovasi bukan bicara hanya semata teknologi. Inovasi juga bukan masalah menciptakan sesuatu yang baru. Tapi apakah inovasi itu memang bermanfaat dan mampu menawarkan solusi bagi permasalahan yang ada atau bagi kebutuhan pasar/konsumen.

Nah bicara solusi, yang menarik ada pada pembahasan mengenai bagaimana kita mengindentifikasi suatu masalah.

Kerap kali baik ketika baru memulai usaha maupun ketika mengembangkan suatu usaha yang sudah berjalan, akan ditemukan masalah2 yang perlu dicarikan solusi sebagai pemecahan/penyelesaiannya. Entah itu peluncuran produk baru yang ternyata kurang diterima pasar, pembukaan toko/warung yang hasilnya masih belum sesuai harapan, komplain dari konsumen dan lain2.

Yang diperlukan adalah menemukan solusi bagi masalah tersebut. Tapi yang sering terjadi adalah kita salah dalam mengidentifikasi masalah. Apa yang kita pikir adalah suatu masalah ternyata adalah sebuah gejala. Apakah perbedaan diantara keduanya ?.

Gejala adalah efek yang timbul dikarenakan adanya masalah. Untuk mengatasi masalah kita tidak hanya bisa dengan cara menghilangkan efek tersebut. Perlu dicari lebih jauh dan dalam akar permasalahan yang sebenarnya. Masih bingung ya ? saya juga *loh :).

Dicontohkan ada foto seseorang yang berwajah masam atau cemberut duduk di meja suatu rumah makan. Kita akan bilang, wah itu masalah. Tapi sebenarnya itu yang dinamakan gejala. Jadi masalahnya apa dong ?. Nah kita perlu membuat daftar kira2 permasalahan apa yang sedang dihadapi atau terjadi saat itu. Apakah bau yang kurang sedap, apakah suasana yang terlalu ramai, apakah pesanan makanan yang belum datang, atau hal lain ?.

Lakukan obervasi alias pengamatan lalu dapatkan yang paling besar kemungkinan bahwa itu adalah akar masalahnya. Umpama, jika setelah ditelisik bahwa bau kurang sedap dan ramainya suasanya bukan penyebab masalah dan menemukenali bahwa makanan yang lama keluar dari dapur adalah masalahnya, maka beri pertanyaan lagi. Kan yang namanya pesan memang harus menunggu, kita gak masalah koq diminta menunggu, umpamanya.

Singkat cerita ternyata yang dibutuhkan oleh konsumen adalah KEPASTIAN. Jadi umpama seperti di Pizza Hut akan disampaikan tepat ketika kita selesai memesan maka pelayan akan bilang '15 menit ya'. Itu sudah bagus. Tapi ada yang lebih mantap lagi, yaitu di Domino Pizza. Disana bahkan ada layar televisi yang menampilkan nama kita sebagai pemesan lalu proses waktu yang tinggal berapa lama lagi seperti 'nama : eko ... minute last : 3 minutes'. Luar biasa. Jadi kita tau pasti kapan tuh pizza selesai dan siap diantar.

Atau yang sudah berjalan mengenai 'kepastian' ini yaitu di bank2. Ada display antrian sehingga kita bisa santai menunggu giliran sambil duduk tanpa capek lagi berdiri ngantri di depan teller.

Contoh lain yang menarik tentang Masalah vs Gejala ini adalah tentang keuangan keluarga. Yang selalu menghadapi kesulitan keuangan. Bagi yang masih gajian, koq masih tengah bulan udah abis ?. Gaji habis bukanlah masalahnya, tapi gejala. Atau gejala2 lain seperti tidak ada tabungan, tidak punya program asuransi dan sebagainya. Jadi apa dong masalahnya ?.

Setelah diadakan diskusi dengan semua anggota keluarga maka akan muncul alternatif2 masalah yang bisa dicarikan solusinya. Bisa jadi masalahnya adalah terlalu banyak pengeluaran bukan prioritas atau tidak penting seperti jajan, atau kurangnya gaji bulanan untuk pos pengeluaran rutin, atau terlalu besar proporsi pembayaran angsuran kredit jadi menggerus kas yang ada. Solusinya ? ya kurangi jajan dan miliki usaha hahaha *ngacirrr :).

Jadi bukan berarti gejala ini gak penting, justru teramat penting sebagai sensor terhadap masalah. Yang dimaksud 'vs' disini adalah kita diharapkan mampu membedakan mana yang disebut hanya gejala dan mana masalah yang sebenarnya sehingga mempermudah mencari solusinya.

Seperti dalam dunia medis. Pasien : dok, saya selalu merasakan sakit jika dipencet dibagian sini. Dokter : ya jangan dipencet. Sakit dipencet adalah gejala dan solusinya tentu bukan dengan cara jangan dipencet tapi temukan masalah sebenarnya kenapa itu bisa sakit jika dipencet. Koq jadi ngomongin pencet memencet.

Atau ibarat pengobatan barat yang cenderung menghilangkan rasa sakit karena mengganggap 'illness is enemy' seperti suntik insulin untuk penderita diabetes atau inhaler untuk penderita asma. Maka pengobatan timur mengganggap 'illness is caused by unbalancing of the body' ... jadi pankreas penghasil insulin dan paru2 yang diperbaiki. Sebagai solusi untuk akar permasalahan yang sebenarnya.

Macetnya jalanan, meningkatnya tawuran dan kejahatan, kecelakaan lalu lintas, banjir, pengangguran dsb adalah contoh2 gejala. Masalah sejatinya apa ? entahlah, mari kita sama2 cari atau berdoa semoga yang berwenang bisa menemukannya. Aduh saya gejala ngantuk dan senut2 nih, solusinya ya kelonan. Met malam Jum'at ya.

Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika kurang berkenan.

1 Comments

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post