Selera Pasar

Assalamu'alaikum wr. wb.

Alhamdulillah hari Jum'at malam kemarin saya berkesempatan memenuhi undangan rekan saya, pak Rosihan, untuk sharing mengenai manajemen retail atau pengelolaan toko yang dibawakan oleh seseorang dari perusahaan retail yang cukup terkemuka. Sangat mendadak.

Banyak sekali insight yang kami dapatkan disana. Selain dari perusahaan retail tersebut juga dari pasangan luar biasa pak Rosihan dan mbak Inez yang alhamdulilah pernah bertemu pada saat acara pengajian TDA Qolbun Salim namun baru kali ini bisa ngobrol panjang lebar, sampe jam 10 malem lagi :).

Pengelolaan SDM mulai dari perekrutan hingga pembinaan, pengelolaan display toko, keuangan, rantai supplier, perlakukan terhadap barang kurang dan tidak laku dan lain2 dibahas satu per-satu diselingi pertanyaan2 yang dibombardir oleh para peserta yang keliatan sangat haus akan ilmu.
Maklumlah, karena peserta semuanya adalah amatir dan pemula dalam bisnis, tokonya masih satu, jauh jika dibandingkan dengan perusahaan retail tersebut yang telah memiliki 32 gerai klo gak salah. Bahkan jika dibandingkan dengan pak Rosihan yang sedang membuka cabang ke 4 tokonya. :)

Saya saat ini justru ingin sharing tentang market pasar. Ada kisah lucu yang diceritakan oleh pak Rosihan bahwa seringkali ketika kulakan ke pusat grosir, terpaksa membeli suatu produk untuk memenuhi market padahal secara pribadi kita gak suka produk tersebut.

Ya warnanya yang nge-jreng lah
Payetnya yang se-grambreng lah
Modelnya yang gak ngikutin trend lah
Bahannya yang murahan lah.
Dan lain2.

Ya. Ibaratnya, dibeliin gratis dan disuruh pake tuh produk kita gak akan mau, emoh :).

Tapi bagaimana donk, itu produk yang lumayan bagus penjualannya di toko. Karena ternyata ada pasarnya, sesuai dengan kebutuhan konsumen. Saya sendiri punya pengalaman, ada satu produk yang sebenarnya di pusat grosir dan secara nasional sudah tidak tren tapi di toko kami malah masih banyak yang menanyakan. Ini seringkali terjadi.

Idealisme kita dipertaruhkan. Yang secara pribadi dan kehidupan sehari-hari selalu pake baju branded, simple, pokonya dari bahan, model, warna sesuai kepribadian deh eh sekarang harus jual baju yang (maaf) norak.

Sebaliknya, jika selama ini kita menggunakan produk yang sederhana, bisa dikatakan adalah yang umum digunakan oleh kalangan kelas menengah, namun usaha kita menuntut penyediaan produk yang 'high-class' ... eksklusif. Mau gak mau kita harus bisa menyediakannya, karena pasarnya ada, karena ada demand-nya.

Jadi kesimpulannya, seringkali apa yang sesuai dengan selera kita selama ini gak sejalan dengan selera pasar. Itu sebabnya kadang kita lakukan 'tes pasar' terhadap suatu produk yang baru akan kita jual. Katakan ada model jilbab baru, kita beli kulakan sedikit untuk tujuan tes pasar tersebut. Jika respon bagus, besok ya kulakan lagi. Seperti rekan saya lainnnya, mbak Doris yang memiliki toko Shakiira, yang mengambil beberapa model jilbab dari pak Haji Alay, ternyata yang model Evi Tamala digemari, nah sekarang seminggu bisa tiga kali dia balik ke toko pak Haji buat beli lagi ! :).

Bisnis itu simple kata teman saya, Masbukhin sang Raja Voucher.
Buat planning - Action bisnis - Sesuaikan kebutuhan pasar (demand). Beres. :)
(walo ada yg protes gak se-sesimple itu pastinya hehe).

Wassalam.

-Eko June-

1 Comments

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post