Assalamu'alaikum wr. wb.
Beberapa malam yang lalu saya kebetulan nonton lagi di TV film berjudul What Women Want yang diperankan oleh Mel Gibson. Tokoh Nick Marshal ini dikenal playboy dan tidak pernah memperhatikan kebutuhan wanita, terutama yang selama ini dekat sama dia. Dia bekerja di perusahaan periklanan. Nah, pada suatu ketika bos-nya bilang bahwa dunia saat ini telah berubah, katanya "Dunia telah dikuasai wanita. Dulu masih mudah, kita masih bicara tentang rokok, minuman keras dan jeans. Sekarang berubah, wanita adalah pasar yang dominan saat ini. Untuk itu kita harus merekrut seorang wanita profesional". Akhirnya jabatan Creative Director yang harusnya dikasih ke Nick diberikan ke orang baru, yang wanita.
Nah, pada suatu ketika dia terkena bencana kesetrum listrik yang akhirnya membuat dia bisa mendengar kata hati dan pikiran dari wanita. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk mendengar keluhan wanita, pujian wanita, memberikan materi iklan yang sesuai dengan kebutuhan wanita, mencuri ide kompetitornya yang wanita karena dia bisa mendengar ide tersebut yang masih dalam pikiran dll.
Intinya, alangkah senangnya jika kita bisa memiliki kemampuan seperti itu : mendengarkan kebutuhan wanita atau konsumen wanita karena dunia saat ini sudah berubah menjadi dominan kebutuhan wanita. Atau lebih sederhananya : alangkah senangnya jika kita punya kemampuan mengetahui kebutuhkan konsumen secara tepat !.
"If you know what women want, you can rule!"
"There's way too much estrogen (hormon sex wanita) on television these days."
Adalah kata2 yang muncul di film ini.
Hermawan Kertajaya, sang begawan marketing Indonesia, juga menyadarinya. Dalam buku terlarisnya Marketing In Venus dia berbicara mengenai perubahan wajah dunia, terutama marketing dewasa ini dan bagaimana strategi marketing yang jitu saat ini. Kemudian dalam buku lainnya How To Win Moms Market In Indonesia dia berbicara tentang bagaimana memenangkan pasar wanita umumnya dan kaum ibu khususnya, di Indonesia.
Dan dunia sudah lebih wanita katanya, dunia sudah lebih Venus. Bahkan para pria sekarang sudah masuk dalam dunia feminisme. Dalam artian positif loh ya, artinya banyak pria yang mulai memperhatikan perawatan dirinya. Itu sebabnya banyak juga produk untuk memenuhi kebutuhan pria untuk merawat dirinya, yang sebelumnya didominasi wanita. Deodoran khusus pria, pria sekarang sering ke salon untuk creambath dan ber-spa ria, pria juga suka motor Mio yang tujuan awalnya diperuntukkan bagi wanita, ayah ideal saat ini adalah yang dekat dengan keluarga terutama anak2 (padahal jaman dulu yang penting kerja cari duit) dll.
Dampak paling terpengaruh untuk bisnis adalah bahwa pelanggan makin kritis. Artinya saat ini ternyata gak hanya wanita yang dikenal hebat dalam hal nawar-menawar, tapi juga pria. Mangkanya klo ada seorang pria yang komplain dengan tajam ke suatu toko umpamanya, seringkali dijawab sama yang melayani (minimal dalam hati) "Cerewet banget yak, kayak cewek aja".
Ya, pelanggan makin banyak tuntutannya, makin butuh dilayani dengan baik, makin ingin penawaran yang juga bersifat membangkitkan emosi (rasa) bukan hanya fungsi, butuh tambahan suasana restonya bukan hanya rasa makanannya, butuh sapaan bersahabat bukan hanya cuci mobilnya, butuh garansi 'uang kembali' dan konsultasi bisnis gratis bukan hanya selimutnya (siapa ya orang hebat yang telah melakukannya hehe) :). Dunia memang makin Venus ... makin sensi.
Trus gimana dong. Ya itu, intinya kita harus punya empati dan memiliki sense kebutuhan pelanggan. Ikuti perkembangan melalui informasi2 yang bertebaran, posisikan diri kita jika seandainya kita sebagai pelanggan, apa sih yang bisa bikin toko/bisnis kita rame, apa sih yang bikin toko kita kena komplain terus. Sekarang ini bukan lagi mencari prosentase 'kepuasan pelanggan' tapi justru mencaritahu besarnya 'ketidakpuasan pelanggan'. Kritikan dan komplain bisa kita tanggapi sebagai hadiah, bahwa pelanggan masih sayang sama toko/bisnis kita dan ingin ada perbaikan disana.
Dalam penelitian di Amrik sana menyatakan bahwa keputusan seorang konsumen untuk memutuskan hubungan bisnis dengan suatu usaha, 87% karena merasa tidak dihargai.
Pak Hadi memberikan garansi uang kembali buat selimut Jepangnya, bahkan seumur hidup ! (eh masih gak ya, jangan2 sy salah lagi).
Pak Roni dengan paket Manet-nya juga memberikan jaminan uang kembali.
Mbak Yulia bekerjasama dengan BSM menerbitkan kartu debit untuk salon muslimah Moz5-nya dan memberikan garansi : tidak berubah, gak usah bayar ! ... Dahsyat :)
Itu adalah sebagian cara memanjakan dan membuat pelanggan loyal. Memberikan sensasi emosi bukan hanya produk atau jasa semata.
Ah, wanita-wanita :)
Wassalam.
NB : Like Tukul said : tidak ada kesengajaan ingin melecehkan jika ada yang merasa demikian :)
-Eko June-
Beberapa malam yang lalu saya kebetulan nonton lagi di TV film berjudul What Women Want yang diperankan oleh Mel Gibson. Tokoh Nick Marshal ini dikenal playboy dan tidak pernah memperhatikan kebutuhan wanita, terutama yang selama ini dekat sama dia. Dia bekerja di perusahaan periklanan. Nah, pada suatu ketika bos-nya bilang bahwa dunia saat ini telah berubah, katanya "Dunia telah dikuasai wanita. Dulu masih mudah, kita masih bicara tentang rokok, minuman keras dan jeans. Sekarang berubah, wanita adalah pasar yang dominan saat ini. Untuk itu kita harus merekrut seorang wanita profesional". Akhirnya jabatan Creative Director yang harusnya dikasih ke Nick diberikan ke orang baru, yang wanita.
Nah, pada suatu ketika dia terkena bencana kesetrum listrik yang akhirnya membuat dia bisa mendengar kata hati dan pikiran dari wanita. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk mendengar keluhan wanita, pujian wanita, memberikan materi iklan yang sesuai dengan kebutuhan wanita, mencuri ide kompetitornya yang wanita karena dia bisa mendengar ide tersebut yang masih dalam pikiran dll.
Intinya, alangkah senangnya jika kita bisa memiliki kemampuan seperti itu : mendengarkan kebutuhan wanita atau konsumen wanita karena dunia saat ini sudah berubah menjadi dominan kebutuhan wanita. Atau lebih sederhananya : alangkah senangnya jika kita punya kemampuan mengetahui kebutuhkan konsumen secara tepat !.
"If you know what women want, you can rule!"
"There's way too much estrogen (hormon sex wanita) on television these days."
Adalah kata2 yang muncul di film ini.
Hermawan Kertajaya, sang begawan marketing Indonesia, juga menyadarinya. Dalam buku terlarisnya Marketing In Venus dia berbicara mengenai perubahan wajah dunia, terutama marketing dewasa ini dan bagaimana strategi marketing yang jitu saat ini. Kemudian dalam buku lainnya How To Win Moms Market In Indonesia dia berbicara tentang bagaimana memenangkan pasar wanita umumnya dan kaum ibu khususnya, di Indonesia.
Dan dunia sudah lebih wanita katanya, dunia sudah lebih Venus. Bahkan para pria sekarang sudah masuk dalam dunia feminisme. Dalam artian positif loh ya, artinya banyak pria yang mulai memperhatikan perawatan dirinya. Itu sebabnya banyak juga produk untuk memenuhi kebutuhan pria untuk merawat dirinya, yang sebelumnya didominasi wanita. Deodoran khusus pria, pria sekarang sering ke salon untuk creambath dan ber-spa ria, pria juga suka motor Mio yang tujuan awalnya diperuntukkan bagi wanita, ayah ideal saat ini adalah yang dekat dengan keluarga terutama anak2 (padahal jaman dulu yang penting kerja cari duit) dll.
Dampak paling terpengaruh untuk bisnis adalah bahwa pelanggan makin kritis. Artinya saat ini ternyata gak hanya wanita yang dikenal hebat dalam hal nawar-menawar, tapi juga pria. Mangkanya klo ada seorang pria yang komplain dengan tajam ke suatu toko umpamanya, seringkali dijawab sama yang melayani (minimal dalam hati) "Cerewet banget yak, kayak cewek aja".
Ya, pelanggan makin banyak tuntutannya, makin butuh dilayani dengan baik, makin ingin penawaran yang juga bersifat membangkitkan emosi (rasa) bukan hanya fungsi, butuh tambahan suasana restonya bukan hanya rasa makanannya, butuh sapaan bersahabat bukan hanya cuci mobilnya, butuh garansi 'uang kembali' dan konsultasi bisnis gratis bukan hanya selimutnya (siapa ya orang hebat yang telah melakukannya hehe) :). Dunia memang makin Venus ... makin sensi.
Trus gimana dong. Ya itu, intinya kita harus punya empati dan memiliki sense kebutuhan pelanggan. Ikuti perkembangan melalui informasi2 yang bertebaran, posisikan diri kita jika seandainya kita sebagai pelanggan, apa sih yang bisa bikin toko/bisnis kita rame, apa sih yang bikin toko kita kena komplain terus. Sekarang ini bukan lagi mencari prosentase 'kepuasan pelanggan' tapi justru mencaritahu besarnya 'ketidakpuasan pelanggan'. Kritikan dan komplain bisa kita tanggapi sebagai hadiah, bahwa pelanggan masih sayang sama toko/bisnis kita dan ingin ada perbaikan disana.
Dalam penelitian di Amrik sana menyatakan bahwa keputusan seorang konsumen untuk memutuskan hubungan bisnis dengan suatu usaha, 87% karena merasa tidak dihargai.
Pak Hadi memberikan garansi uang kembali buat selimut Jepangnya, bahkan seumur hidup ! (eh masih gak ya, jangan2 sy salah lagi).
Pak Roni dengan paket Manet-nya juga memberikan jaminan uang kembali.
Mbak Yulia bekerjasama dengan BSM menerbitkan kartu debit untuk salon muslimah Moz5-nya dan memberikan garansi : tidak berubah, gak usah bayar ! ... Dahsyat :)
Itu adalah sebagian cara memanjakan dan membuat pelanggan loyal. Memberikan sensasi emosi bukan hanya produk atau jasa semata.
Ah, wanita-wanita :)
Wassalam.
NB : Like Tukul said : tidak ada kesengajaan ingin melecehkan jika ada yang merasa demikian :)
-Eko June-