Pasutri dan Bisnis

Assalamu'alaikum wr. wb.

Wah padahal baru mau posting tentang pasangan suami istri (pasutri) dalam bisnis eh pak Ikhwan Sopa posting tantang HnW Inc (Husband and Wife Incorporated). Klop dah :)

Case 1. Segmented atau 'toko serba ada'
Papa : Ma, kita harus fokus, segmented, agar 'peluru' alias modal kita gak terlalu banyak dan melebar. Pelanggan bisa melihat keunikan kita, jadi yang ada di ingatan mereka adalah toko kita klo pengen beli barang itu. Focus or die !.

Mama : Pa, justru banyak yang nanya ini-itu yang sekarang gak ada di toko kita. Mama maunya toko kita 'serba ada'. Apapun yang dibutuhkan orang ada disini.

Case closed. Sekarang jalan tengahnya gak terlalu toko serba ada, tapi 'agak' sedikit segmented. Yang terpenting dan utama adalah 'ada tema'-nya. :)

Case 2. Middle-up atau middle-low
Papa : Ma, sekali lagi kita harus segmented, udah banyak yang jual barang murah, jangan saingan sama pedagang kaki lima yang jual baju anak Rp. 5.000,- atau kaos ABG Rp.10.000,-. Mendingan middle-up yang ekskusif kayak produknya pak Roni tuh, margin bisa gede dan yang penting toko dikenal kualitasnya.

Mama : Pa, kan sekitar toko kita sini marketnya heterogen gak homogen. Justru banyak juga orang kampung sekitar dan pembantu2 yang datang kesini dan beli barang karena kita dianggap murah tapi masih berkualitas.

Case closed. Sekarang benar2 di middle. Gak murah banget, gak mahal banget juga. Gak saingan sama pedagang2 kaki lima yang ada di beberapa titik dus gak saingan sama butik2. :)

Case 3. Full Retail atau Grosir
Papa : Ma, kayaknya udah saatnya deh kita maen di grosir. Kan pengalaman udah ada waktu bisnis sendal kulit dan VCD Islami dimana kita belajar grosir dan ekspedisi dengan mengirim barang ke Sulawesi, Sumatera dll. Untung lebih tipis tapi klo bisa maen kuantiti, long termnya akan bagus.

Mama : Pa, untuk kali ini mama setuju banget. Soalnya kemaren aja ada yang nanya apa bisa untuk di jual lagi dan akhirnya sekarang dia udah 3 kali balik beli barang minimal 10 pcs dapat harga re-seller. Itu udah maen grosir juga kan ?

Case closed. Alhamdullillah sepakat, going to be wholesale.

Dear rekans action member, itulah sekelumit kisah antara pengelola dan investor plus konsultan, antara pembaca buku teori dan praktikal lapangan, antara komisaris dan direktur operasional hehe.
Ada beberapa yang ingin saya sharing disini.

1. Bisnis memang penuh dimanika, warna-warni
Bayangkan, hampir tiap hari ada aja yang diomongin tentang bisnis, bahkan bisa itungan jam. Telpon en komunikasi terus ke dan dari istri makin sering. Karena ide2 kreatif trus bermunculan, info2 baru terus berdatangan. Yang dulu obrolannya sekitar kerjaan kantor yang gak ada abis2nya atau ngegosipin orang lain, sekarang nyari yang positif2 aja. Jalan2 hunting berdua nyari supplier. Anak2 ikut terlibat, baik sekedar dimintai pendapat apakah dia suka baju anak yang baru dibeli atau sekedar jadi model buat di foto, mereka juga jadi tau bisnis dan darimana sumber uang buat beli maenan dan jajan mereka berasal. Ibadah Insya Allah makin mantap karena makin percaya bahwa hanya Dia-lah sang pemberi rejeki dan makin percaya bahwa ajaran2 agama itu jika dipraktekkan memang benar2 mumpuni, apalagi dalam bisnis.

2. Perbedaan pendapat = makin mesra :)
Seperti yang pak Henry pernah sharing mengenai perbedaan pendapat dengan pasangan kita, saya juga sering mengalaminya. Perlu seni tersendiri untuk menyatukan dan menegosiasikan pendapat kita bersama. Pemikiran kami yang berbeda jika dicari titik temu maka akan sangat powerful. Istri sang yang background keluarga memang TDA (bapak distributor freelance, ibu pernah jual nasi) dan saya yang full theory of bussiness, management, marketing dengan background ortu yang 1/2 TDA (bapak owner bengkel bubut, ibu di rumah). Istri yang praktikal, fast thinker, penuh intuisi dan saya yang book oriented, bermesin diesel yang panasnya lama, penuh pertimbangan, menjadi keunikan tersendiri dan jika disatukan, dahsyat !. Perbedaan memang membawa berkah.

Siang beda pendapat, malam dapat titik temu di tempat tidur hehe, kadang ampe jam 11 malam.
Siang berdebat yang kontsruktif, malam sepakat penuh senyuman, dan kemesraan pastinya. Uhuy :)
Ada masalah dicari solusinya en klo dapat dan terpecahkan, alangkah bahagia, berdua.

So, action member. Dua pemikir lebih baik daripada satu orang kan ?, walau kadang ada pusingnya juga sih :). Yang terutama adalah kekompakan dengan pasangan kita. Ajak pasangan kita pada acara2/kegiatan2 TDA. Di beberapa kasus bahkan ada member TDA (suami) yang mengajak istrinya, eh malah istrinya yang kemudian lebih semangat dalam berbisnis :). Jadi satu visi, satu tujuan, satu dream ... itu tujuannya.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk action member TDA yang kompak dalam bisnis bersama pasangannya, karena kekaguman saya pada mereka. Yang saya ingat dalam catatan saya : pak Roni-mbak Ely, mbak Roess-pak Prapto, pak Hadi-mbak Amy, pak Rosihan-mbak Ines, pak Yoyok-mbak Obi, pak Fauzi-mbak Leny, Anria-Feli, Doris-pak Yassir, mbak Yulia-mas Ary, pak Ryad-mbak Poppy, mbak Debby-pak Henry, pak Faif, pak Wahyu M, pak Agus, pak Iim, pak Agus, pak Dwi dan lain2nya bersama pasangannya masing2. Mohon maaf klo ada salah nama :)

Wassalam.

-Eko June-

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post